Penyimpangan Agama Kristen (Bagian3 dari beberapa bagian)



BAB III

ISLAM MELURUSKAN KRISTEN



Islam sebagai satu-satunya agama yang di ridhoi Allah tentunya mempunyai nilai lebih daripada agama-agama manusia yang berkembang belakangan ini. Sebagai agama, Islam mengajarkan umatnya untuk mengajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan, yang kemudian diistilahkan dengan “dakwah”. Yang mana tujuan dari prinsip ini adalah agar manusia menjadi makhluk mulia didunia dan terselamatkan dihari kemudian. Islam sebagai agama dakwah tentu banyak mengkritisi ajaran-ajaran agama baru yang timbul. Salah satu agama yang kemudian berusaha Islam luruskan adalah dogma-dogma ajaran agama Kristen yang telah banyak mengalami pengurangan dan penambahan dimana-mana. Secara singkat penulis akan menyuguhkan beberapa titik yang menjadi sasaran kritis Islam terhadap Kristen.

1.      Koreksi Terhadap Dogma Trinitas

Dalam iman kristiani, Tuhan yang diimani adalah Allah Tritunggal (Trinitas) yangterdiri dari tiga pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Anak (Yesus), dan Allah Roh Kudus. Allah memiliki tiga pribadi yang setara. Meskipun terdiri dari tiga pribadi, ketiga oknum Allah tersebut diyakini setara, sehakikat, sekehendak, satu zat, tidak bercampur, tidak berpisah, dan tidak berasal mula.

Allah bukan hanya Bapa, tetapi juga Yesus dan Roh Kudus, Yesus Kristus adalah seratus persen Allahdan searatus persen manusia, namum Allah bukan hanya Yesus Kristus, tetapi juga Bapa dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah Allah yang datang sesudah Yesus Kristus naik ke sorga.pekerjaan-Nya adalah menolong manusia dan siap memasuki/mediami hati yang disucikan oleh darah Yesus Kristus.[1]

1.1.   Al-Qur’an Menolak Dogma Tinitas

Al-Qur’an menyatakan bahwa semua nabi, dari Adam as sampai nabi Muhammad saw (termasuk Nabi Isa as) mengajarkan tauhid Monotheisme, yaitu penghambaan kepada satu-satunya Tuhan yang benar dan berhak disembah. Tuhan tidak pernah berubah, baik sifat maupun jumlahnya. Tak satu pun yang membawa ajaran Trinitas/Tritunggal.[2]

Ayat-ayat Al-Qur’an  yang menjadi landasan:

a.       Tauhid Nabi Nuh as


“Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?". (Al-Mu;minun: 23)

b.      Tauhid  Nabi Nuh as.


“Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. kamu hanyalah mengada-adakan saja”. (Hud: 50)


“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”. (Hud: 61)



“Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." (Hud: 84)

c.       Tauhid Nabi Yakub as.



“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia Berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Al-Baqarah: 133)

d.      Tauhi Nabi Isa as.



“ Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. 73.  Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”. (Al-Maidah: 72-73)

e.       Tauhid Nabi Muhammad saw.



“ Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”. (Muhammad: 19)





“Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". ( Al-An’am: 163)



 tA$s%ur ª!$# Ÿw (#ÿrä‹Ï‚­Gs? Èû÷üyg»s9Î) Èû÷üuZøO$# ( $yJ¯RÎ) uqèd ×m»s9Î) Ó‰Ïnºur ( }‘»­ƒÎ*sù Èbqç6ydö‘$$sù ÇÎÊÈ

 “ Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; Sesungguhnya dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (An-Nahl: 51)



“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu”. (Al-Mu’minun: 91)



“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Annisa: 35)



1.2.   Alkitab (Injil/Bibel) Menolak Dogma Trinitas

Meskipun kitab Bibel sudah bercampur aduk antara firman Tuhan dengan tulisan manusia, namun di dalamnya masih terdapat sisa ajaran tauhid (monotheisme). Dinyatakan di dalamnya bahwa semua nabi dari Adam sampai Yesus mengajarkan penghambaan kepada satu-satunya Tuhan yang benar dan berhak disembah. Tuhan tidak pernah berubah, baik sifat maupun jumlahnya.[3]

Ayat-ayat dalam injil yang menjadi landasan:

a.       Tauhid Nabi Musa as.

“Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia”. (Ulangan 4: 35)

“Sebab itu ketahuilah  pada hari ini dan camkanlah bahwa Tuhanlah Allah yang di langit  di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain”. (Ulangan 6: 4)

b.      Tauhid Nabi Daud as

“Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan Allah, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami “. (II Samuel 7: 22)

“Tidak ada seperti Engkau di antara para Allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kau buat”. (Mazmur 86: 23)

c.       Tauhid Nabi Sulaiman as

“Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah”. (I Raja-raja 8:23)

d.      Tauhid Nabi Yesaya

“Demikinlah firman Tuhan: “Dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, akulah Tuhan dan tidak ada Juru Selamat selain daripada-Ku”. (Yesaya 43:10-11)

“Beginilah firman Tuhan, Raja, dan penebus Israel, Tuhan semesta alam:” Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain daripada-Ku”. (Yesaya 44:6)

e.       Tauhid Nabi Isa as

“Jawab Yesus:”Hukum yang terutama ialah: dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa”. (Markus 12:29)

“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri, aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanku adil sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku”. (Yohanes 5:30)

“Inilahhidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, akan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”. (Yohanes 17:3)



1.3.   Istilah Trinitas Tidak Ada Dalam Injil

Trinitas adalah dogma yang paling penting dalam iman Kristiani. Namun, keanehan yang sangat  janggal adalah tidak adanya istilah Trinitas/Tritunggal dalam Bibel, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru., baik secara eksplisit maupun implisit. Abu Deedat Shihabudin mengutip pemaparan Dr. G. C. van Niftrik dari bukunya yang berjudul Dogmatika Masa Kini, bahwa kenyataannya dalam injil sendiri tidak ada istilah trinitas, ia mengatakan: “Di dalam Alkitab tidak ditemukan suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata “Tritunggal” ataupun suatu ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut”. Dengan demikian, dapat disimpulkan dengan sanagt mudah bahwa trinitas bukanlah ajaran para nabi dari Adam as sampai Yesus as (juga Nabi Muhammad saw).[4]

1.4.   Pengakuan Para Sarjana Teologi

Para sarjana Teologi Kristen terkemuka mengakui bahwa Trinitas adalah sebuah misteri yang tidak masuk akal tidak dapat di mengerti dan dijelaskan. Dalm kesempatan lain, Tim fakta[5] menguraikan pengakuan para ahli teologi tersebut:

1.      Dr. Soedarmo dalam bukunya ikhtisar dogmatika mengatakan: “Agama islam bercorak rasionalitas, artinys rasio, akal budi, memberi tekanan sungguh-sungguh. Oleh karena itu Trinitas ditolak sebab tidak dapat dimengerti bahwa tiga adalah sau dan bahwa satu adalah tiga. Kita tentu insaf bahwa Trinitas tidak dapat dimengerti”.

2.      Alban Douglas alam bukunya Inti ajaran Alkitab mengatakan: “barangsiapa mencoba mengerti akan Tritunggal secara tuntas dengan daya akal menusiawi akan menjadi tidak waras. Tetapi barangsiapa menyangkal Tritunggal akan kehilangan jiwanya”.

3.      Dr. Vrkuyl dalam bukunya Aku Percaya  mengatakan: “Rahasia ketritunggalan ini sebenarnya tak dapat kita rumuskan dengan kata-kata manusia, hanya dapat kita sembah saja”.

4.      Adolf Heuken Sj. Dalam bukunya Ensiklopedia Gereja mengatakan: “Pengakuan Allah Tritunggal meupakan kekhasan iman Krstiani. Pengakuan inilah dasar dan puncak misteri. Misteri Allah Tritungaltidak dapat disimpulkan dari apapun dalam dunia. Misteri Tritunggal adalah misteri iaman yang mutlak”.

Bahkan ayat dalam Bibel yang dijadikan sebagai landasan ajaran trinitas hanya ada satu, hal ini sebagaimana di ungkapkan Dr. G. C. van Nifrik dalam bukunya Dogmatika Masa Kini, ia mengatakan: “Alasan yang mungkin menimbulkan dogma trinitas mungkin terdapat dalam I Yohanes 5:7 (sebab ada tiga yang memberi kesksian di dalam sorga: bapa, Firman, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalh satu”.

Namun dalam faktanya ternyata ayat tersebut diakui sebagi ayat sisipan/palsu oleh pihak gerejani karena tidak ditemukan dalam naskah kodeks Sinaiticus, kodeks Vaticanus, dan Alexandrianus. Bahkan Zonder Publishing House, penerbit Alkitab dari Amerika Serikat1 dalam versinya The Holly Bible New Iternational Version pada halaman 1242 memberikan komentar yang cukup obyektif, bahwa I Yohanes 5:7-8 itu tidak dijimpai dalam Naskah Yunani sebelum abad ke-16.[6]



2.      Koreksi Terhadap Dogma Penyaliban Yesus

Penyaliban Yesus adalah inti dari iaman Kristiani yang diyakini sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Tidak ada jalan lain ntuk menyelamatkan manusia dari dosa keculi dengan penyaliban Yesus. Dalam doktrin ini diyakini bahwa Yesus mati di atas tiang salib untuk menyelamatkan dosa orang yang beriman.

Adapun ayat –ayat yang mengisahkan kematian Yesus:

“lalu yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku”. (Lukas 23:46)

“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah ia: “sudah selesai”. Lalu dia menundukkan kepalanya dan menyerahkan nyawanya”.(Yohanes 19: 30)

”Akan tetapi allah menunjukkan kasih-nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah”. (Roma 5: 8-9)

“Karena Allah itu Esa dan Esa pula Dia yang menjadi perantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia”. (I Timotius 2: 5-6)[7]



2.1.   Penjelasan Al-Qur’an Seputar Penyaliban Yesus

Bertolak belakang dengan iman Kristiani, Allah SWT melalui al-Qur’an menolak dan membantah mitos penyaliban Nabi Isa as di atas gantungan kayu salib, Allah berfirman:


“ Dan Karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya kami Telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa”. (An-Nisa: 157)

Dengan mengatakan bahwa Yasus tidak mati disalib, Al-Qur’an telah membersihkan dan menyucikan rasul-Nya dari penghinaan besar yang menyatakan bahwa beliau mati terkutuk seperti perampok di tiang salib. Artinya, meyakini dogma kematian Yesus di atas kayu salib, sama saja dengan melecehkan Yesus dengan berbagai tuduhan keji, antara  lain:

1.      Yesus adalah nabi pendusta sebab yang dihukum mati adalah nabi pendsta. (Ulangan 13:5)

2.      Yesus adalah manusia najis dan terkutuk

Apabila seeorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kau gantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan ia pada hari itu juga, sebab orang yang digantung, dikutuk oleh Allah, jangan engkau menajiskan tanah yang diberiakn Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu”. (Ulangan 21: 22-23)

“Kristus telah memebus kita dari hukum kutuk Taurat denagn jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:”Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”. (Galatia 3:13)

3.      Kematian Yesus dibenci Tuhan karena Tuhan benci kepada korban sembelihan dan penebusan dengan darah.

“Sebab aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai akan pengenalan akan  Allah  lebih daripada korban-korban bakaran”. (Hosea 6:6)

Dr. Muslih Abdul Karim Dalam bukunya Isa dan Almahdi Di Akhir Zaman, setelah memaparkan pendapat para ulama salaf menyangkut penyalian Yesus, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kata “wafat” dalam ayat Al-Qur’an ialah memgang dan mengambil. Seperti dalam kalimat bahasa arab “waffaytu maaliy ala fulan” yang berarti “saya mengambil hakku yang menjadi tanggungan fulan”. Jadi arti ayat “ š‹ÏjùuqtGãB ’ÎoTÎ)”(Al-Maidah: 55) adalah “sesungguhnya aku memegangmu adaru bumi hidup-hidup tanpa kematian dalam kedaan sempurna dan orang-orang Yahudi tidak dapat menyentuhmu sama sekali”, karena Allah SWT berfirman:

$tB àMù=è% öNçlm; žwÎ) !$tB ÓÍ_s?ósDr& ÿ¾ÏmÎ/ Èbr& (#r߉ç6ôã$# ©!$# ’În1u‘ öNä3­/u‘ur 4 àMZä.ur öNÍköŽn=tã #Y‰‹Íky­ $¨B àMøBߊ öNÍkŽÏù ( $£Jn=sù ÓÍ_tGøŠ©ùuqs? |MYä. |MRr& |=‹Ï%§9$# öNÍköŽn=tã 4 |MRr&ur 4’n?tã Èe@ä. &äóÓx« Íky­ ÇÊÊÐÈ

“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah Aku menjadi saksi terhadap mereka, selama Aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang Mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu”. (Al-Maidah: 117)

Berkenaan ayat ini, Dr. muslih Abdul Karim megutip perkataan Ibnul Jauzi dalam bukunya Zaad al-Masiir: “Maksud dari ayat ini adalah setelah Engkau mengangkatku ke langit tanpa kematian terlebih dahulu. Yaitu setelah Isa as diangkat, bukan setelah ia meninggal”. Kemudian beliau mengutip juga pendapat Imam Qurthubi menyangkut ayat ini: “Pendapat yang benar adalah Allah mengangkat  Isa as ke langit tanpa kematian dan tidak dalam keadaan tidur, sebagaimana yang dikatakan oleh Hasan dan Ibnu Zaid. Pendapat ini didukung oleh Imam Ath-Thabari dan juga merupakan pendapat Ibnu Abbas dan Ad-dhahak”. Kemudian ia menambahkan lagi pendapat Asy-Syaukani yang mengatakan: “Para mufassir tidak memerlukan ta’wil tentang kata wafat dengan makna-makna tersebut (sebelumnya Ia memaparkan pendapat-pendapat tentang arti kata wafa) karena sebenarnya Allah SWT mengangkat Isa as ke langit tanpa kematian”.[8]



2.2.   Bukti-Bukti Dari Alkitab Bahwa Yesus Tidak Disalib



a.       Doa Yesus Dikabulkan Sehingga Ia Selamat Dari Penyaliban

Do’a yang benar pasti dikabulkan oleh Tuhan, injil dengan jelas menyatakannya:

“Do’a orang benar bila dengan yakin dido’akan, sangat besar kuasanya”. (yakobus: 5:16)

“Dalam hidupnya sebagai manusia, Yesus ytelah mempersembahkan do’a dan permohnan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkannya dari maut, dank arena kesalehannya ia telah didengarkan”. (Ibrani: 5:7)

Jika Yesus mati disalib, derarti Yesus adalah orang fasik karena do’anya ditolak Tuhan dan dibiarkan disiksa dan disalib. Jika Yesus adalah orang benar, maka dia pasti selamat dan tidak akan disalib karena Tuhan mengabulkan do’anya.[9]

b.      Yang Disalib Bukan Yesus

Injil mengabarkan kepada kita bahwa ketika Yesus hendak disalib, Ia berteriak memanggil Tuhan.

“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lam sabakhtani?” artinya: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meningalkan aku?”.  (Matius 27:46 / Markus 15:34)

            Teriakan itu jelas bukan teriakan Yesus, sebab setiap menyeru Tuhan, Yesus selalu memakai “Bapa”, misalnya:

“Bapa kami di sorga, dikuduskanlah nama-Mu”. (Matius 6:9)

“Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambilah cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. (Lukas 24:42)[10]

c.       Laporan Injil Tenyang Penyaliban Yesus Penuh Dengan Kontradiksi

Keempat Injil sangat berbeda dan bertentangan dengan hal-hal yang berhubungan dengan laporan penyaliban Yesus. Ada ratusan pertentangan ayat anatar Injil dalam kisah penyaliban Yesus. Karena itu, dapat disimpulan bahwa validitas penyaliban Yesus harus diragukan dan ditolak.

Jika semua ayat dalam Injil itu diyakini sebagai murni wahyu Tuhan, maka seharusnya tak ada satu pun ayat yang bretentangan. Berikut bukti-bukti ayat-ayat dalam Injil saling bertentangan satu sama lainnya:

1.      Jam berapa Yesus dsalib?

Injil mengklaim bahwasanya Yesus disalib jam Sembilan:

“Hari  jam Sembilan ketika ia disalibkan”. (Markus 15:25)

Sedangkan yang mengherankan adalah dalam ayat lain Injil mengkalaim bahwa Yesus sampai jam dua belas saat itu belum disalib:

“Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: “Inilah rajamu!”. (Yohanes 19:14)

2.      Yesus disalib secara suka rela atau tidak?

“dan hiduplah dalam kasih, sebagaimana Kritus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan dirinya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah”. (Efesus 5:2)

“Ia sangat takut dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hatiku sangat sedih seperti mau mati rasanya”. (Markus 14:33-34)

“Sekarang jiwaku terharu, apakah yang akan kukatakan? “Bapa, selamatkanlah aku dari saat ini”. (Yohanes 12:27)

3.      Apakah teriakan Yesus sewaktu disalib?

Dalam Injil “diriwayatkan” bahwasanya ketika Yesus hendak disalibkan Ia berteriak, namun Injil pun berbeda-beda dalam “meriwayatkan” teriakan Yesus tersebut. Dalam Matius 27:46-52 dan Markus 15:34-38 “diriwayatkan” bahwa teriakan Yesus ketika itu berbunyi: “Eli, Eli, lam sabakhtani?”. Namun dalam Injil Lukas 23:45-46 disebutkan bahwa teriakan Yesus ketika itu berbunyi: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku”.

4.      Siapakah yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib?

Dalam kasus siapakah yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib, ayat-ayat Injil pun bertentangan satu sama lainnya. Dalam Injil Matius 27:59-60, Markus 15:45-46 dan Lukas 23:53 disebutkan bahwa yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib adalah satu orang, yaitu Yusuf Arimatea. Namun dalam Yohanes 19:38-42 menyebutkan dua orang yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib, yaitu Yusuf Arimatea dan Nicodemus.

Banyaknya kontradiksi dalam kisah penyaliban Yesus itu terjadi karena para murid Yesus tidak ada yang menyaksikan penyaliban, sebagaimana dalam Injil Markus 14:50. Hal ini membuktikan bahwa mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan tidak yakin bahwa yang dibunuh itu adalah Yesus (Nabi Isa as).[11]



2.3.   Kesaksian Para Cendekiawan Nasrani Bahwa Yesus Tidak Disalib

Sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya banyak dari para pemikir setelah mempelajari Agama Islam secara detail menjadi pemeluk yang taat. Kisah para pendeta yang pada mulanya mengkaji Agama Islam untuk mencari titik lemah dan kemudian menggulingkannya, ternyata dalam perjalanannya tidak sedikit dari mereka yang malah menerima Islam sepenuh hatinya. Karena menganggap Islamlah Agama satu-satunya yang paling benar dan bisa diterima akal. Setelah menjadi muslim taat, mereka-mereka yang tadinya memerangi Islam berbalik menjadi pionir dakwah Islam. Dalam hal ini, Dr. Muslih Abdul Karim dalam bukunya mengutip beberapa tokoh yang mengungkapkan kesalahan dogma-dogma Kristen menyngkut penyaliban Yesus, diantaranya:

1.      Monsiuer Eduartious

Ia adalah salah seorang anggota Institute de France di Paris yang terkenal dengan sikapnya yang menentang umat Islam. Di dalam bukunya Aqidah Almuslimin fi Ba’dh al-Masail an-Nashraniyah ( Akidah Umat Islam Dalam Beberapa Masalah Tentang Agama Nasrani),  ia mengatakan:

“Sesungguhnya al-qur’an memenips berita pembunuhan dan penyaliban Isa, dan mengatakan ada orang lain yang diserupakan, sehingga orang-orang Yahudi keliru dan mereka menyangka telah membunuh isa. Apa yang dikatakan Al-Qur’an itu trdapat dalam sekte-sekte Nasrani. Diantaranya adalah sekte Basilidi yang mempunyai keyakinan yang sangat bodoh, bahwa ketika Isa pergi ketempat penyaliban tiba-tiba Simon Sinai diserupakan benar dengan Iasa dan ia diserupakan dengan Simon. Kemudian ia bersembunyi untuk menertawakan musuh-musuhnya, orang-orang Yahudi yang keliru…”. Sekte lainnya adalah sekte Sereniti yang menyatakan bahwa salah seorang Hawariyyun (pengikut Isa) disalib menggantikan Isa dan telah ditemukan satu pasal dari kitab kaum Hawariyyun  yang ternyata isinya sama dengan pernyataan kaum Basilidi. Injil Barnabas menyebutkan nama orang yang disalib sebagai pengganti Isa, yaitu Yehuda.



2.      Ponsen

Pria berkebangsaan Jerman ini dalam bukunya Islam Adalah  Agama Nasrani Yang Sebenarnya mengatakan: “Sesungguhnya semua hal yang berkaitan dengan masalah penyaliban dan penebusan dosa adalah sebagian dari rekayasa Paulus dan orang-orang sepertinya yang tidak pernah melihat Al-Masih, dan tidak berpijak pada prinsip-prinsip agama Nasrani.[12]



3.      Koreksi Terhadap Dogma Dosa Waris dan Penebusan Dosa

Salah satu yang dibangga-banggakan umat Kristen adalah doktrin “keselmatan yang pasti” yang dieproleh secara gratis dengan tetesan darah Yesus yang mati disalib untuk menebus dosa waris Adam. Dosa awaris adalah dosa yang dipikul sejak lahir oleh setiap manusia dengan mewarisi dosa yang pernah dilakukan oleh Adam.Ketika melanggar larangan Tuhan untuk memakan buah terlarang, (kejadian: 2:17)

karena dilahirkan dalam keadaan berdosa dan tidak dapat membersihkan dosa tersebut, maka manusia tidak mungkin selamat di dunia dan di akherat. Supaya selamat, maka Dosa Waris manusia harus ditebus dengan darah Yesus karena hanya Yesus seorang yang tidak punya dosa, (Yohanes 3:5). Mereka juga berdalil dengan ayat Roma 5:12-15:

“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut. Demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang karena semua orang telah berbuat dosa. Tetaspi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika kerena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi karunia Allah dan karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. (Roma 5:12-15)

“ Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemulian Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-Cuma karena penebusan dalam kristus yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan perdamaian karena iaman dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya”. (Roma 3:23-25)

“Aksih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Yesus Kristus yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini menurut kehendak Allah dan bapa kita”. (Galatia 1:3-4)

“Karena Allah itu Esa dan esa pula Dia yang menjadi perantara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia itu kesaksian pada waktu yang ditentukan”. (I Timotius 2:5-6)

“…Kristus hanya satu kali mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugrahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia”. (Ibrani 9:28)



3. 1 Penolakan Bibel terhadap Dosa Waris dan Penebusan Dosa

a.       Para Nabi Allah Tidak ada yang mengajarkan Dosa Waris dan Penebusan Dosa.

Risalah Allah yang dibawa semua Nabi pada hakikatnya sama saja, yaitu tauhid dan amal shaleh. Semua nabi menekankan adanya tangung jawab individu atas segala perbuatan manusia. Bahkan Injil sendiri pun menegaskan bahwa segala perbuatan manusia ditanggung oleh setiap individu itu sendiri, seagaimana dinyatakan:

“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayahnya tidak akan menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya”. (Yehezkiel 18:20)

“Jangalah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihiku mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri”. (Ulangan 24:16)

“Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi:”Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anaknya menjadi ngilu”, melainkan setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjdi ngilu”. (Yeremia 31:29-30)

“Tuhan telah memberi perintah: “ janganlah ayah mati karena anaknya, janganlah juga anak mati karena ayahnya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri”. (II Tawarikh 25:4)

 Dari pemaparan ayat-ayat injil diatas, jelaslah bahwa doktrin Dosa Waris dan Penebusan Dosa yang diajarkan Paulus tersebut bertentangan dengan ajaran para Nabi, termasuk ajaran Nabi Isa as (Yesus). Karena sepanjang hidup Yesus, tidak ada ajaran Dosa Waris dan Penebusan Dosa. Namun setelah Yesus tidak ada, muncullah ajaran ini yang dibawa Paulus. Jika begitu adanya manakah yang benar?, jikalau Paulus yang benar, berarti Nabi Isa as telah salah dan sesat.[13]

b.      Yesus Tidak Rela Mati Disalib Untuk Menebus Dosa

·         Yesus bereriak histeris

“kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” artinya: Allahku, Allahku, mengapa engkau meninggalkan aku”. (Matius 27:46)

Dalam ayat  tersebut, yesus menyalahkan Tuhan hingga berteriak-teriak histeris, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Arti teriakan ini adalah: “Tuhanku, mengapa aku yang tidak berdosa ini kau tinggalkan di atas kayu salib?”.

·         Yesus takut dan sedih

“Lalu katanya kepada mereka: “Hatiku sangat sedih seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku”. (Matius 26:38)

·         Yesus berdo’a agar tidak disalib

“Maka ia maju sedikit, lalu sujud dan berdo’a, kata-Nya: “Ya Bapaku, jikalau sekiranya mingkin, biarlah cawan ini berlalu daripadaku tetapi janganlah seperti yang ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”. (Matius 26:39)

“Sekarang  jiwaku terharu dan apakah yang akan kukatakan? Bapa, selamatkanlah aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah aku datang ke dalam saat ini”. (Yohanes 12:27)

Jika Injil Yohanes 3:16 benar bahwa Allah mengasihi manusia dengan mengaruniakan Yesus sebagai korban penebus dosa, mengapa Yesus (penjelmaan Tuhan) itu takut, sedih, dan berdo’a supaya tidak disalibkan? Mengapa pula Yesus yang penjelmaan Tuhan itu berteriak-teriak ketika disalib?.[14] Semua ini menguatkan lagi bahwa ajaran yang diusung Paulus tentang penyaliban Yesus adalah untuk menebus dosa adalah kebohongan yang jelas.

c.       Yesus disalib karena kedengkian musuhnya.

Penyaliban Yesus (kalau pun benar Yesus itu disalib) sesungguhnya terjadi bukan yang seperti Paulus ajarkan, yaitu sebagai penebus dosa umat Kristen, tetapi terjadi karena kedengkian segolongan umatnya. Seabagaimana Injil telah mengabarkan kepada kita:

“ Ia memang megetahui bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki”.

(Matius 27:19)

“Ia memang mengetahui bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki”. (Markus 15:10)

Jika ajaran penebusan dosa itu benar, oaring Kristen seharusnya berterima kasih terhadap sifat dengki sebab mereka tidak akan selamat tanpa jasa orang-orang dengki terhadap Yesus.[15]         

3. 2 Konsep Islam Tentang Kejatuhan Nabi Adam

Dalam Islam, kejatuhan Adam dan Hawa dari sorga tidak menyebabakan adanya dosa waris sebagaimana dituangkan dalam Al-Qur’an:

1.    Al-qur’an mengatakan bahwa Allah Maha Adil, Maha Penyayang dan Maha Pengampun yang senantiasa mengampuni dosa hamba-Nya yang bertaubat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

ö@è% y“ÏŠ$t7Ïè»tƒ tûïÏ%©!$# (#qèùuŽó r& #’n?tã öNÎgÅ¡àÿRr& Ÿw (#qäÜuZø)s? `ÏB ÏpuH÷q§‘ «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ãÏÿøótƒ z>qçR—%!$# $·è‹ÏHsd 4 ¼çm¯RÎ) uqèd â‘qàÿtóø9$# ãLìÏm§9$# ÇÎÌÈ (#þqç7ÏRr&ur 4’n<Î) öNä3În/u‘ (#qßJÎ=ó™r&ur ¼çms9 `ÏB È@ö6s% br& ãNä3u‹Ï?ù'tƒ Ü>#x‹yèø9$# §NèO Ÿw šcrçŽ|ÇZè? ÇÎÍÈ

“ Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 54.  Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu Kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)”. (Azzumar 53:54)



2.    Dengan sifatnya yang Maha Penyayang dan Maha Pengampun, Allah menjanjikan rahmat dan ampunan dari dosa-dosa kepada hamba-Nya yang berataubat. Allah berfirman:

Ÿxsùr& šcqç/qçGtƒ †n<Î) «!$# ¼çmtRrãÏÿøótGó¡o„ur 4 ª!$#ur Ö‘qàÿxî ÒO‹Ïm§‘ ÇÐÍÈ

“ Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah: 74)

3.    Allah tidak membiarkan manusia  berkubang dosa dan senantiasa membuka pintu taubat dan ampunan kepada orang yang mau beratubat. Sebelum Adam dan Hawa keluar dari sorga, mereka telah bertaubat dan Allah menerima taubat itu. Allah berfirman:


“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (Al-A’raf: 23)



#‘¤)n=tGsù ãPyŠ#uä `ÏB ¾ÏmÎn/§‘ ;M»yJÎ=x. z>$tGsù Ïmø‹n=tã 4 ¼çm¯RÎ) uqèd Ü>#§q­G9$# ãLìÏm§9$# ÇÌÐÈ

 “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat[16] dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (Al-Baqarah: 37)

§NèO çm»t6tGô_$# ¼çmš/u‘ z>$tGsù Ïmø‹n=tã 3“y‰ydur ÇÊËËÈ

“Kemudian Tuhannya memilihnya[17] Maka dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk”. (Thaha: 122).

            Dari pemaparan ini semua jelaskan betapa bobroknya dogma Dosa Waris dan Penebusan Dosa ini. Islam sendiri menolak dogma tentang Dosa Waris dan Penebusan Dosa ini. Dosa adalah perbuatan manusia yang melanggar hukum Allah dengan sengaja. Pertanggungjawabannya dipikul di atas pundak masing-masing pelakunya. Orang lain tidak ikut bertanggung jawab atas dosa orang lain.

            Penolakan Islam terhadap dogma Dosa Waris dan Penebusan Dosa ini dituangkan dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi saw, diantaranya:

“Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan[18] seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong”.

(Al-baqarah: 123)

Ÿw ß#Ïk=s3ムª!$# $²¡øÿtR žwÎ) $ygyèó™ãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pköŽn=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3 $oY­/u‘ Ÿw !$tRõ‹Ï{#xsè? bÎ) !$uZŠÅ¡®S ÷rr& $tRù'sÜ÷zr& 4 $oY­/u‘ Ÿwur ö@ÏJóss? !$uZøŠn=tã #\ô¹Î) $yJx. ¼çmtFù=yJym ’n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB $uZÎ=ö6s% 4 $uZ­/u‘ Ÿwur $oYù=ÏdJysè? $tB Ÿw sps%$sÛ $oYs9 ¾ÏmÎ/ ( ß#ôã$#ur $¨Ytã öÏÿøî$#ur $oYs9 !$uZôJymö‘$#ur 4 |MRr& $uZ9s9öqtB $tRöÝÁR$$sù ’n?tã ÏQöqs)ø9$# šúï͍Ïÿ»x6ø9$# ÇËÑÏÈ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Al-Baqarah: 286)

ö@è% uŽöxîr& «!$# ÓÈöö/r& $|/u‘ uqèdur >u‘ Èe@ä. &äóÓx« 4 Ÿwur Ü=Å¡õ3s? ‘@à2 C§øÿtR žwÎ) $pköŽn=tæ 4 Ÿwur â‘Ì“s? ×ou‘Η#ur u‘ø—Ír 3“t÷zé& 4 §NèO 4’n<Î) /ä3În/u‘ ö/ä3ãèÅ_ó£D /ä3ã¥Îm7t^ã‹sù $yJÎ/ öNçFZä. ÏmŠÏù tbqàÿÎ=tGøƒrB ÇÊÏÍÈ

“Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.[19] Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (Al-An’am: 164)

Ç`¨B 3“y‰tF÷d$# $yJ¯RÎ*sù “ωtGöku‰ ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur ¨@|Ê $yJ¯RÎ*sù ‘@ÅÒtƒ $pköŽn=tæ 4 Ÿwur â‘Ì“s? ×ou‘Η#ur u‘ø—Ír 3“t÷zé& 3 $tBur $¨Zä. tûüÎ/Éj‹yèãB 4Ó®Lym y]yèö6tR Zwqß™u‘ ÇÊÎÈ

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul”.

(Al-Isra’: 15)

$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# öNä3­/u‘ (#öqt±÷z$#ur $YBöqtƒ žw ”Ì“øgs† ì$Î!#ur `tã ¾Ínωs9ur Ÿwur îŠqä9öqtB uqèd A—%y` `tã ¾ÍnÏ$Î!#ur $º«ø‹x© 4 žcÎ) y‰ôãur «!$# A,ym ( Ÿxsù ãNà6¯R§äós? äo4qu‹ysø9$# $u‹÷R‘‰9$# Ÿwur Nà6¯R§äótƒ «!$$Î/ â‘rãtóø9$# ÇÌÌÈ

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (Luqman: 33)

tPöqu‹ø9$$sù Ÿw ãNn=ôàè? Ó§øÿtR $\«ø‹x© Ÿwur šc÷rt“øgéB žwÎ) $tB óOçFZà2 tbqè=yJ÷ès? ÇÎÍÈ

“Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang Telah kamu kerjakan”. (Yaasin: 54)

žwr& â‘Ì“s? ×ou‘Η#ur u‘ø—Ír 3“t÷zé& ÇÌÑÈ br&ur }§øŠ©9 Ç`»|¡SM~Ï9 žwÎ) $tB 4Ótëy™ ÇÌÒÈ

“(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, 39. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya”.

(An-Najm: 38-39)

tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä öNåk÷Jyèt7¨?$#ur NåkçJ­ƒÍh‘èŒ ?`»yJƒÎ*Î/ $uZø)ptø:r& öNÍkÍ5 öNåktJ­ƒÍh‘èŒ !$tBur Nßg»oY÷Gs9r& ô`ÏiB OÎgÎ=uHxå `ÏiB &äóÓx« 4 ‘@ä. ¤›ÍöD$# $oÿÏ3 |=|¡x. ×ûüÏdu‘ ÇËÊÈ

“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[20], dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (Ath-Thur: 21)

Dalam sebuah hadis, imam Bukhari meriwayatkan dari Nabi saw:

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci, maka karena orang tuanyalah dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R. Bukhari)

[1]Tim Fakta, Op. Cit., hal. 80

[2]Ibid., hal. 81

[3]Ibid., hal. 83

[4]Ibid., hal. 85

[5]Ibid., hal. 86

[6]Ibid.

[7]Ibid., hal. 115

[8]Muslih  Abdul Karim, Isa dan Al-Masih di Akhir Zaman, Gema Insani, 2006, Cet. II, hal. 20

[9]Tim Fakta, Op. Cit., hal. 118

[10]Ibid., hal. 119

[11]Ibid., hal. 117

[12]Muslih Abdul Karim, Op. Cit., hal. 67

[13]Tim Fakta, Op. cit., hal. 103

[14]Tim Fakta, Op. Cit., hal. 106

[15]Ibid., hal. 111

[16]Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat.

[17]Maksudnya: Allah memilih nabi Adam a.s. untuk menjadi orang yang dekat kepada-Nya.

[18]Maksudnya: Allah memilih nabi Adam a.s. untuk menjadi orang yang dekat kepada-Nya.



[19]Maksudnya: Allah memilih nabi Adam a.s. untuk menjadi orang yang dekat kepada-Nya.



[20]Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama