Mu'jizat Al-Qur'an dari Tinjauan Sastra

Pendahuluan
Sejak awal III H., fenomena ketidak mampuan manusia menandingi Al-Quran baik dari segi makna maupun struktur ini muncul dalam literatur Islam, dengan istilah i’jaz. Hingga sampai saat ini kata i’jaz menjadi terminologi ilmiah yang mengandung pengertian bahwa, secara agama fenomena ini memang mukjizat Allah, yakni bukti kenabian Muhammad Saw. dan kewahyuan Al-Quran. Jadi manusia memang benar-benar tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk menandinginya.

Sejak abad III H. tulisan-tulisan tentang i’jaz masih terus berkembang. Gagasannya mengakar pada sebuah pengertian bahwa ia adalah salah satu bentuk mukjizat yang menjadi bukti kenabian Muhammad Saw. akan tetapi, segi-segi mukjizat ini masih terus menjadi bahan pembicaraan di antara para pemikir Islam.al-Rummani, pengarang kitab al-Nukat fi I’jaz al-Quran, Al-Khatabi (w. 388 H/998 M), pengarang kitabnya Bayan I’jaz Al-Quran, Al-Baqillani (w. 403 H./1013 M.)  karyanya yang berjudul I’jaz al-Quran ia memaparkan bahwa balaghah dan keistimewaan bahasanya masuk dalam i’jaz al-Quran. Qadhi Abdul Jabar (w. 415 H./1025 M.) bukunya al-Mughni fi Abwab al-Tawhid wa al-A’dl dan Abdul Qahir Al-Jurjani kitabnya yaitu: Dala’il al-I’jaz dan Asrar al-Balaghah, Zamakhsyari (w. 538 H./1144 M.) seorang ahli Tafsir, ilmu Balaghah untuk memahami teks Al-Quran, kemudian menyoroti i’jaz dan keindahan uslubnya. Dalam periode itu, ilmu Balaghah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ilmu Ma’ani, ilmu bad’i, dan ilmu Bayan.  Pada makalah ini penulis memaparkan ijaz dari segi definisi dan mengungkap keajaiban al-quraan sebagi mukjizat Rasulullah Saw.

1. Pengertian I’jaz Al-Qur'an

Secara etimologi: kata I’jaz adalah isim mashdar dari ‘ajaza-yu’jizu-I’jazan yang mempunyai arti “ketidak berdayaan dan ketidakmampuaan”. Jika Kata i’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-i’jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu dan ketidak berdayaan Ini sejalan dengan firman Allah SWT yang berbunyi.
أَعْجَزَتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ (المائدة (31)  
Artinya:
“…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)


Lebih jauh Al-Qaththan mendefinisikan I’jaz dengan:

إِظْهَارُ صِدْقِ النَّبِيِِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِىدَعْوَى الرِّسَالَةِ بِاظهَارِ عَجْزِ الْعَرَبِ عَنْ مُعَجِزَتِهِ اْلخَالِدَةِ وَهِيَ اْلقُرْانُ وَعَجْرِ اْلأَجْيَالِ بَعْدَهُمْ.
Artinya:
“Memperlihatkan kebenaran Nabi SAW. atas pengakuan kerasulannya, dengan cara membuktikan kelemahan orang Arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemukjizatan Al-Qur'an.

Jadi bisa di definisikan secara terminology I’jazul Qur’an: Penampakan kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW. dalam ketidakmampuan orang Arab untuk menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu Al-Qur’an. I’jazul Qur’an merupakan kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki Al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara terpisah maupun berkelompok-kelompok, untuk bisa mendatangkan minimal yang menyamainya. Kadar kemukjizatan Al-Qur’an itu meliputi tiga aspek, yaitu : aspek bahasa (sastra, badi’, balagah/ kefasihan), aspek ilmiah

Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mukjizat. Tambahan ta’ marbhuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalighah (superlatif).

Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya sebagai tantangan bagi orang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi tidak melayani tantangan itu. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT. Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya. Atau Manna’ Al-Qhathan mendefinisikannya demikian:
أَمْرُ خَارِقٌ لِلْعَادَةِ مَقْرُوْنٌ بِالتَّحَدِّيْ سَالِمٌ عَنِ اْلمُعَارَضَةِ.
Artinya:
“Suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi.”

2.  Tantangan al-Quran Terhadap Para Penyair Arab
Al-Qur'an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguhpun memiliki tingkat fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan:
1.    Mendatangkan semisal al-Qur'an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Isra (17) ayat 88:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ اْلاَيَأْتَوْنَ بِمِثْلِه وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا -الإسراء: 88
Artinya:
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian lain.” (Al-Isra (17): 88)


2.     Mendatangkan satu surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam al-Qur'an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al-Baqarah (2) ayat 23:

وَإِنْ كُنْتُمْ فِى رَيْبٍ مِمَّا نَزَلْنَاعَلَى عَبْدِ نَا فَأْتُوْابِسُوْرَةٍ مِّنْ مِثْلِه وَادْ عُوْا شُهَدَاءَ كُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ صدِقِيْنَ. البقرة: 23
Artinya:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kami orang-orang yang benar” (QS. Al Baqarah (2): 23)

Sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang Arab ternyata gagal menandingi Al-Qur'an. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:

1. Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid, seorang sastrawan ulung yang tiada bandingannya untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al-Qur'an ketika Abu Al-Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW. Yang membaca surat Fushilat, ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur'an dan ia pun kembali pada kaumnya dengan tangan hampa.

2.Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Ia mengaku bahwa dirinyapun mempunyai Al-Qur'an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh Malaikat yang bernama Rahman. Di antara gubahan-gubahannya yang dimaksudkan untuk mendandingi Al-Qur'an itu adalah antara lain:

يَاضِفْدَعُ بِنْتُ ضِفْدَعَيْنِ نَقِّيْ مَاتُنَقِيْنَ أَعْلاَكِ فِى اْلمَاءِ وَأَسْفَلُكِ فِى الطِّيْن   
Artinya:
“Hai katak, anak dari dua katak. Bersihkan apa saja yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah”.

Ketika itu pula, ia merobek-robek apa saja yang telah ia kumpulkan dan merasa malu tampil di depan khalayak ramai. Setelah peristiwa itu ia mengucapkan kata-katanya yang masyhur:

هذَاوَاللهِ مَايَسْتَطِيْعُ اْلبَشَرُ أَنْ يَأْتُوْا بِمِثْلِهِ   
Artinya:
“Demi Allah, siapapun yang tidak akan mampu mendatangkan yang sama dengan Al-Qur'an.”

Kelemahan orang arab untuk menandingi Al Qur’an adalah sebuah bukti, padahal mereka memiliki factor-faktor dan potensi luar biasa dalam retorika bahasanya. Sebagaimana kita ketahui banyak sekali orator-orator dan pujangga-pujangga  besar pada masa jahiliah yang selalu membanggakan diri dengan puisi fakher dan orasi-orasi perang mereka dan menganggap diri mereka lebih baik satu sama lain karena mempunyai kelebihan dan potensi dari itu semua. Setelah al-Quran berbicara mereka diam, terkesima dan dibuat takjub karena retorika bahasanya yang indah, konsekuensi logisnya banyak kalangan penyair masuk islam seperti Hasan Bin Tsabit, Ka”ab Ibnu Malik Al Ansori, Abdullah Ibnu Rawahah dan Al-Hutay’ah itu merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa arab para penyair dan pada masa ini bahasa arab begitu kaya, berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya dalam puisi dan prosa (orasi).

3.    Bukti-Bukti Kenabian Muhammad SAW
Sebenarnya banyak sekali bukti-bukti kebenaran kenabiaan Muhammad sebagai nabi dan rasul Allah. Bukti-bukti tersebut adalah pemberitahuan beliau tentang apa yang akan terjadi, tentang isi hati orang dan tentang apa yang mereka makan dan mereka simpan. Tidak hanya itu doa’-doa’ yang beliau pinta maqbul, mustajab dan tidak pernah melenceng dari yang ia pinta. Misalnya ketika mendapat perlakuaan yang sangat buruk dan menyakitkan dari kaum Quraish dan orang orang arab lainnya seperti penyiksaan, pembunuhaan, penghinaan untuk melawannya. Saat itu nabi Muhammad meminta doa kepada Allah beliau menyatakan:

“Ya allah timpakanlah kepada mereka tahun-tahun seperti tahun Yusuf? Ya allah keraskanlah adzabmu atas orang-orang Mudhar.”

Setelah doa itu dipanjatkan Allah pun menahan hujan sehingga pepohonanpun mati, buah-buahanpun lenyap airpun menjadi baranglangka, dan ternak-ternak mati sehingga untuk sekedar makan saja mereka harus merebus Qidd (tali dari kulit yang tidak disamak) dan Ilhiz (bulu unta yang di campur dengan darah). melihat bencana yang menimpa bani mudhar, Hajib bin Zarah pergi menghadap raja Kisrah untuk meminta izin mengembalakan bintang gembalanya dengan menggadaikan busur dan pedang kepadanya.

Setelah kabilah mudhar didera bencana tersebut, dan seiring dengan bukti kenabiaan yang memuncak dan ibrah yang mencapai batas akhir, maka nabi memberikan kemurahan kepada mereka bani Mudhar dengan meminta doa’ kepada Allah untuk diturunkan hujan. Namun apa yang terjadi, hujan pun turun dengan lebat, bukan kesuburan yang mereka terima melainnkan hujan yang menghancurkan rumah-rumah mereka dan harta bendanya. Lalu mereka membicarakan itu kepada nabi, “ya allah skeliling kami bukan di atas kami”. Dan hujan pun di tahan Allah di sekeliling mereka dan di tahan diatas mereka.

Ada yang mengatakan bahwa mukjizat nabi muhamad (Al Quran) terletak pada kandungan khabarnya tentang kejadiaan- kejadian yang akan datang seperti firman Allah dalam (QS. Ar-Rum (30) 1-4) yang artinya:
“Alif Lamm Mim. Bangsa Romawi Dikalahkan di negri terdekat dan sudah dikalahkan, mereka akan menang dalam beberapa tahun lagi.” Dan seperti firman Allah SWT; “Katakana kepada orang orang badui yang tertinggal, kamu akan diajak untuk memerangi kaum yang memiliki kekuatan yang amat sangat,” (QS. Al-Fath (48) 16)

Demikianlah kabar-kabar lain yang kebenarannya di buktikan oleh waktu, tempat dan kejadiaannya. Saya berpendapat bahwa kabar demikian termasuk jenis mukjizat akan tetapi mukjizat tersebut tidak berlaku umum terhadap setiap surah dalam Al Quran. Sementara Allah telah menjadikan setiap surat dalam Al Quran Sebagai mukjizat yang tak bisa di tandingi oleh seorang makhluk apapun (QS. Al Baqarah (2): 23).

4.    Kemukjijatan Nabi Sesuai dengan Keahliaan Kaumnya
Ketijka melihat suatu peristiwa yang paling menakjubkan pada bangsa Firaun adalah kemampuaan sihir dan tidak ada tukang sihir yang mempuni dan mempunyai kemampuan menyihir yang luar biasa pada zamannya kecuali bangsa Firaun yang menjadi umat nabi Musa. Allah mengutus Nabi Musa kepada bangsa Firaun untuk menggugurkannya, melemahkannya, menjadikannya tidak berdaya dan mencabut akarnya dari itu semua, sehingga bangsa firaun yang tertipu oleh tipuaan tukang sihir akan terbuka matanya dengan diutusnya Nabi Musa. Sebagai bukti kerasulannya Nabi Musa mengalahkan semua penyihir Firaun dengan mukjizat tongkanya yang bisa menjadi ular besar.  Itu merupakan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa.

Demikian juga dengan Nabi Isa As, kemampuaan kaumnya pada masa itu adalah kemampuaan menyembuhkan penyakit atau klita mengenalnya dengan sebutan dokter. Pada waktu itu seorang dokter mempunya kasta tertinggi dan menjadi kaun elit dan banyak masyarakat awam yang menghormatinya. Maka dari itu Allah SWT mengutrus Nabi Isa As bengan mukjizat bisa menghidupkan orang mati, sementara puncak dari kemampuaan kaumnya saat itu hanyalah mengobati orang sakit terutama sakit katarak. Nabi isa dengan mukjizat yang Allah berikan Ia tidak hanya dapat menyembuhkan sakit katarak tetapi dapat menyembuhkan sakit buta mata sejak lahir, menurunkan makanan dari langit yang melampaui kemampuaan para kaum elit pada masanya. Itu semua bukti dari kemukjizatan Nabi Isa yang Allah berikan kepadanya.

Hal yang sama juga terjadi pada masa Rasul Muhammad Saw. Pada masa Nabi Muhammad yang menjadi kaum elit penguasa adalah para pujangga dan orator dimana mereka bisa mempengaruhi berbagai kabilah-kabilah dan mayoritas bangsa arab saat itu dengan kemampuaan mereka membuat puisi dan orasi. Ketertarikan bangsa arab kepada dunia sastra sangatlah mengakar jauh 150 thn sebelum hijrah tepatnya 500M. kemampuaan bahasa dan retorika mereka sangatlah luar biasa, setiap setahun sekali mereka mengadakan lomba puisi dan orasi di pasar ukaz, bagi pemenang hasil karyanya akan ditulis dengan tinta emas dan ditempelkan di dinding ka”baah,  puisi-puisi tersebut yang sebut dengan Muallaqot.

Begitu besar perhatiaan bangsa arab saat itu terhadap dunia bahasa dan sastra, sehingga banyak sekali orang yang pakar dalam bahasa berpropesi sebagai penyair dan menjual syair-syair mereka kpada para penguasa dengan bayaran yang mahal. Maka dari itu Allah mengutus Nabi Muhammad dengan mukjizat al-Quran sebagai tandingan para ahli bahasa dan sastra (penyair) dan Menantang mereka dengan membuat bahasa dan uslub permisalan seperti Al Qur’an (Qs.Al Isra:88), lalu Menantang mereka dengan sepuluh ayat saja dari Al Qur’an (Qs. Hud: 13-14), dan Menantang mereka dengan satu surah saja dari Al Qur’an (Qs. Yunus: 38). Tetapi tidak seorang pun dari kalangan ahli bahasa,orator, penyair yang mampu menjawab tantangan itu dan mereka semua terperdaya oleh mukjizat al Quran, bahkan banyak kalangan penyair berbondong-bondong masuk islam seperti Hasan Bin Tsabit, Ka”ab Ibnu Malik Al Ansori, Abdullah Ibnu Rawahah dan Al-Hutay’ah seperti yang penulis paparkan diatas. Demikianlah yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad itu merupakan hal yang paling menakjubkan yang allah karuniakan kepada Nabi. Allah telah mengkaruniakan Nabi kepada para umatnya untuk membawa perkara yang mampu meruntuhkan perkara yang paling menakjubkan bagi umatnya dan merobohkan segala sesuatu yang mereka anggap paling kuat.

5.    Kesimpulan
Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kita tahu bahwa setiap Nabi diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi.

Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat (kaum) yang dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu tantangan tersebut harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah sebabnya jenis mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut.

I’jazul Qur’an berfungsi sebagai pembawa kebenaran, bahwa Al Qur’an yang diwahyukan kepada nabi Muhammad adalah murni dari Allah dan tidak ada unsur-unsur apapun yang bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam Al Qur’an walau satu ayat,sekalipun dia seorang pakar pujangga sastra dan ahli dalam seni bahasa arab,dan kita wajib mengimani dan tidak boleh mengingkari kemurnian Al Qur’an,karena Al Qur’an berasal dari Allah dan Dialah yang telah menjamin kemurnian Al Qur’an hingga akhir zaman,Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.(Qs Al Hijr: 9)

Sumbe Pustaka;

Prof. Dr. Issa J. 2008, Boullata, al-Quran Yang Menakjubkan, Lentera Hati: Jakarta

Wargadinata dan Fitriani, 2008, Sastra Arab Dan Lintas Budaya. Uin Malang Press: Surabaya

http:///www:/PERKEMBANGAN%20PEMIKIRAN%E2%CIJAZ%20AL-
QURAN%20PADA%20MASA%20KLASIK%20AB%20Sastra%20Santri.html

http:///www /makalah-agama-islam-tentang-ijaz-al.html

Share

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama