MEMBANTAH FITNAH-KEBOHONGAN BAHWA ALLAH ITU LELAKI


MEMBANTAH FITNAH-KEBOHONGAN BAHWA ALLAH ITU LELAKI 

Assalaamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh. 

Ada tudingan dari kaum yang belum ditujuki jalan kebenaran, bahwa Allah itu laki-laki. 

Misalnya dalam QS Al Ikhlas, dengan kata "huwa" yang - menurut logika mereka dengan 

penggunaan tata bahasa Arab yang tidak lengkap atau justru sengaja melupakan kaidahnya itu 

- adalah merupakan isyarat jelas bahwa Allah itu adalah lelaki ... 

Dan dengan sendirinya, dapat saja menyebabkan - setidaknya bagi yang kurang mengetahui 

ilmunya - mematahkan kebenaran keEsaan dan kesucian Allah yang memang tak sama dengan 

makhlukNya, yang bahkan ditegaskan di QS Al Ikhlas pula ... :)

Tudingan ini kemudian - sebagaimana banyak kebohongan lain dari mereka yang bahkan sampai 

menyisipkan kata atau ayat yang tak pernah ada dalam Al Quran untuk mengubah maknanya dan 

lain-lain kebohongan serta kejahatan-kekejian di dunia nyata untuk semena-mena menyebarkan 

paham mereka - disebar-luaskan bahkan untuk tujuan keji dan memperbodoh diri sendiri serta 

orang lain atau lain-lain hal yang juga dapat dilatar-belakangi nafsu kekuasaan, uang-

material, harta, pengaruh, kegelap-mataan, nafsu-nafsu buruk, dan lain-lain. 

Maka saya kutipkan jawaban dari sahabat saya Ustadz Abdul Malik Karim (nama samaran beliau 

di Facebook setidaknya karena beliau kurang suka dikenal) tentang ini, dengan sedikit 

perapian kalimat > 

Allah tidak membutuhkan siapa pun. 

Tetapi nampaknya si penanya tidak memahami bahasa Arab ... :)

Mengapa lafal Allah diisyaratkan dengan kata "Huwa", yaitu kata ganti laki-laki?

Karena memang dalam lafalnya TIDAK ADA tanda-tanda Mu'annats, yaitu adanya huruf Ta' 

marbuthah, yaitu seperti pada kata "Syajarah".

Secara garis besar, kata dalam Bahasa Arab terbagi menjadi dua, yaitu Mudzakkar, dan 

Mu'annats.

Jenis kelamin laki-laki termasuk (golongan) Mudzakkar, tetapi tidak semua Mudzakkar 

berjenis kelamin atau mewakili makna "Laki-laki". 

Misalnya kata "Kursi". 

Ketika mengatakan "Ini kursi", kita katakan dalam Bahasa Arab, "Hadza kursiyuun", dengan 

kata isyarat "Hadza", yaitu yang diperuntukkan untuk menunjuk kepada (golongan) Mudzakar. 

... Apakah lantas kita katakan bahwa Kursi, berjenis kelamin laki-laki? 

Hanya orang gila yang berkata bahwa kursi ... memiliki alat kelamin ...! :D

Kata "Huwa" itu, adalah untuk menunjuk kepada "Yang Hidup", Allah yang adalah "Yang Maha 

Hidup, tidak berawal dan tidak berakhir".

Maka, sebenarnya ini adalah persoalan Tata Bahasa Arab yang tidak bisa digugat. Tentu 

saja, dalam memahaminya, patut mengikuti kaidah Tata Bahasa Arab! Baik aturan dan kaidah 

secara tersurat maupun tersurat. Intrinsik maupun ekstrinsik. Pendeknya, tentu saja, semua 

aturannya. 

Apakah anda menggunakan Tata Bahasa Eskimo dalam menjelaskan Tata Bahasa Arab? :D

Tidak, bukan?

Maka jika sampai si Misionaris menghujat bahasa Arab (dan Tata Bahasanya), katakanlah saja 

padanya, "... Tolong hilangkan kata-kata dalam bahasa Arab dari agama dan Bibelmu ... yang 

salah satunya adalah kata ... "Allah" ... !"

:D :D :D

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama