Apakah Syi’ah memiliki Al Qur’an sendiri, yang berbeda dengan Al Qur’an yang ada pada umat Islam saat ini? Jika Al Qur’an itu memang ada, lalu kemana? Bukankah Al Qur’an sekarang ini adalah Al Qur’an yang diakui oleh Syi’ah, dengan bukti bahwa Al Qur’an di Iran adalah sama dengan Al Qur’an yang ada? Al Qur’an yang ada sekarang di Iran memang sama dengan Al Qur’an cetakan Saudi, maupun Al Qur’an yang dicetak oleh percetakan di Indonesia. Sama persis, tidak ada bedanya. Dengan tegas syiah menyatakan : Al Qur’an kami adalah sama dengan Al Qur’an yang ada saat ini, buktikan jika memang ada Al Qur’an syi’ah yang berbeda! Namun di sisi lain kita temukan lebih dari seribu riwayat yang menyatakan bahwa Al Qur’an yang ada hari ini ternyata telah mengalami perubahan, bukan lagi Al Qur’an yang murni asli seperti yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. Riwayat-riwayat ini begitu banyaknya sehingga tidak bisa lagi dipungkiri oleh syiah sendiri, ini jika mereka memang mau melihat lagi dari kitab-kitab mereka. Namun sepertinya ada upaya sistematis untuk menjauhkan syiah dari kitab-kitab induk, agar syiah yang awam tidak mudah untuk mengetahui hakekat mazhab syiah. Nah di sinilah kami mengambil peranan untuk menguak isi kitab-kitab syiah, yang disembunyikan selama ini dari masyarakat banyak. Pembahasan mengenai hal ini dapat anda simak dalam makalah Al Qur’an di mata Syiah . Di sini ada dua pendapat yang bertolak belakang, yaitu pendapat ulama syiah hari ini, beserta ustadz-ustadz syiah, yang tentunya diikuti oleh kalangan awam syiah juga, yaitu Al Qur’an yang ada di tangan umat Islam hari ini adalah Al Qur’an yang asli. Mereka juga menyatakan bahwa riwayat-riwayat yang menyatakan perubahan Al Qur’an adalah palsu. Ini artinya ribuan riwayat itu, yang tentunya lebih nilainya dari sekedar mutawatir, semuanya tidak berguna, dan palsu. Di sini kita mengalami kebingungan, yaitu standar apa yang digunakan oleh syi’ah dalam menilai suatu hadits? Mengapa riwayat yang begitu banyak bisa dibilang palsu? Mengapa dibilang palsu? Hal ini telah dibahas pada makalah sebelumnya bagaimana mengikuti ahlulbait , jangan anda lewatkan. Mengapa riwayat yang jumlahnya begitu banyak dengan mudah bisa ditolak? Selain itu mereka juga memberikan bukti dari empat orang ulama syiah masa lalu yang menolak adanya perubahan Al Qur’an, namun di sini kita patut heran bagaimana pendapat dari empat orang ulama bisa mengalahkan pendapat yang sudah mencapai derajat ijma’. Kita akan membahas masala ini panjang lebar pada kesempatan lain Insya Allah. Namun ada satu hal yang perlu diketahui oleh pembaca, yaitu Al Qur’an yang ada saat ini di tengah kaum muslimin adalah Al Qur’an milik ahlussunnah. Mengapa bisa dikatakan demikian? Karena seluruh perawi Al Qur’an adalah bukan dari golongan syiah, terutama para sahabat Nabi, seperti kita ketahui pengumpulan Al Qur’an dalam satu jilid seperti yang ada saat ini adalah hasil prakarsa Utsman bin Affan, begitu juga dari sahabat-sahabat lain yang mengajarkan Al Qur’an pada para tabi’in, seperti Abu Abdurrahman As Sulami, yang menjadi sumber bagi riwayat Hafs dari Ashim, riwayat Al Qur’an yang dibaca oleh kebanyakan kaum muslimin hari ini. Begitu juga riwayat-riwayat lainnya, yaitu yang dikenal dengan qira’ah sab’ah, seluruh perawinya adalah ahlussunnah, tidak ada yang meyakini 12 imam syiah. Sedangkan sikap syi’ah terhadap para sahabat Nabi adalah jelas, yaitu mereka diklaim telah mengkhianati Ali bin Abi Thalib yang semestinya diangkat jadi khalifah. Para sahabat malah “bersekongkol” mengkhianati wasiat yang diucapkan Nabi pada hari Ghadir Khum terkait pembaiatan Ali sebagai khalifah. Artinya dalam pandangan syiah, sahabat Nabi adalah pengkhianat, dianggap sebagai musuh oleh syi’ah. Pembaca mestinya heran, mengapa tidak ada penganut syiah di masa lalu, bahkan para imam syiah sendiri tidak meriwayatkan Al Qur’an dari jalur syiah, yaitu perawi yang seluruhnya bermazhab syiah. Artinya mazhab syi’ah yang konon adalah mazhab yang benar, agama Islam yang “asli” malah tidak punya Al Qur’an, apakah para imam syiah tidak memperhatikan Al Qur’an, hingga mereka tidak meriwayatkannya dari jalur “orang-orang terpercaya”? Saya katakan : dalil yang menunjukkan bahwa Abubakar, Umar dan orang yang sejalan mereka dengan mereka adalah kafir, juga menunjukkan pahala melaknat dan memusuhi mereka, yang menunjukkan bid’ah mereka, terlalu banyak untuk disebutkan dalam satu jilid atau berjilid-jilid buku, apa yang telah kami nukilkan di atas cukup bagi orang yang diberi petunjuk Allah ke jalan yang lurus. Biharul Anwar jilid 30 hal 399 Pernyataan syiah bahwa Al Qur’an hari ini adalah Al Qur’an yang asli, bertentangan dengan dengan isi kitab syiah sendiri, tetapi mengapa pernyataan ini keluar dari para ustadz? Hanya ada dua kemungkinan, yang pertama, para ustadz itu tidak pernah mengakses kitab-kitab literatur induk syiah sendiri, dan yang kedua, para ustadz itu mengatakan yang tidak sebenarnya. Begitu pula pengakuan bahwa Al Qur’an hari ini adalah Al Qur’an yang asli, mengandung pengakuan syi’ah tentang validitas para sahabat Nabi, hingga periwayatannya diterima oleh syi’ah sendiri. Sikap positif terhadap sahabat Nabi pada hakekatnya berlawanan dengan ajaran syiah sendiri, karena bagaimana syiah bisa bersikap positif pada sahabat, pada mereka yang dianggap mengkhianati Ali? Di sini kita kasihan pada mazhab syi’ah karena menggunakan Al Qur’an milik mazhab lain, mestinya syi’ah berterima kasih pada ahlussunnah, karena telah berhutang budi sekian lama. Jika riwayat-riwayat syiah menyatakan bahwa Al Qur’an yang ada saat ini telah diubah, lalu ke mana Al Qur’an yang asli? Pertanyaan ini sudah semestinya muncul di benak kita semua. Namun pembaca tidak perlu bingung, karena jawaban pertanyaan ini telah ada dalam kitab rujukan syiah, yaitu Al Kafi jilid 2 hal 633, riwayat no 23 Muhammad bin Yahya, dari Muhammad bin Husein, dari Abdurrahman bin Abu Hasyim, dari Salim bin Salamah, mengatakan: seseorang membacakan pada Abu Abdullah dan saya mendengar huruf-huruf Al Qur’an yang tidak seperti yang dibaca oleh orang banyak, lalu Abu Abdullah berkata: jangan baca dengan bacaan ini, bacalah Al Qur’an seperti orang lain sampai datangnya Al Qaim, jika Al Qaim –alaihissalam telah datang, dia akan membaca Kitab Allah dengan benar, dan mengeluarkan mushaf yang ditulis oleh Ali Alaihissalam dan [Abu Abdullah] mengatakan: Ali memperlihatkan Al Qur’an itu pada manusia setelah selesai menuliskannya, dan berkata pada mereka: inilah kitab Allah seperti yang diturunkan oleh Allah pada Muhammad saw, telah kukumpulkan menjadi satu jilid, lalu mereka berkata: kami juga memiliki kitab Al Qur’an, kami tidak perlu Al Qur’an yang kau bawa. Ali berkata: sungguh demi Allah kalian tidak akan melihatnya setelah hari ini, aku hanya memperlihatkannya pada kalian setelah selesai kukumpulkan, agar kalian membacanya. Riwayat ini jelas menyebutkan adanya Al Qur’an lain yang dikumpulkan oleh Ali, yang isinya berbeda dengan Al Qur’an yang ada di tangan para sahabat saat itu, dan ketika Ali memperlihatkan pada para sahabat, mereka menolaknya. Lalu Ali pun menyembunyikan Al Qur’an yang berisi petunjuk jalan yang lurus, agar tidak dibaca oleh para sahabat, dan hanya diedarkan di kalangan para imam dan pengikutnya saja. Hingga akhirnya para sahabat tidak berkesempatan untuk melihat Al Qur’an yang asli, dan berpegang teguh pada Al Qur’an yang palsu, yang ada di tangan para sahabat. Ketika ada pengikut imam yang membaca isi Al Qur’an asli, maka oleh imam diingatkan, dan diperintahkan untuk membaca Al Qur’an yang “tidak asli” sampai nanti munculnya Al Qaim. Artinya, hari ini syi’ah tidak memiliki Al Qur’an yang asli, tetapi meminjam Al Qur’an dari penganut ahlussunnah. Apakah ini pengakuan bahwa mazhab Ahlussunnah adalah mazhab yang benar? Atau mereka menganggap ahlussunnah sesat tapi mereka mau menerima periwayatannya? Sungguh aneh, mestinya jika ahlussunnah sesat, maka riwayat haditsnya juga tidak boleh dipercaya, tetapi demi kepentingan syi’ah, tidak mengapa untuk berkontradiksi, dan mengambil riwayat Al Qur’an dari ahlussunnah, orang-orang yang tidak percaya pada imamah, yang merupakan ushuluddin terpenting bagi syiah. Jika Al Qur’an yang asli tidak ada di dunia ini, alias tersembunyi di tangan sang imam yang juga bersembunyi, maka hadits yang dikenal dengan nama tsaqalain, dan menjadi pedoman utama syiah untuk mengklaim bahwa mazhab syiah adalah paling benar, yang berisi perintah untuk mengikuti Al Qur’an dan sunnah Nabi, menjadi tidak berlaku lagi, karena tidak bisa diamalkan. Bagaimana bis mengamalkan Al Qur’an, wong Ali sudah bersumpah bahwa kita tidak bisa melihatnya lagi sampai munculnya imam Mahdi. Begitu juga mengikuti ahlulbait, juga tidak bisa dilakukan oleh syi’ah, karena ahlulbait Nabi, yang mana bagi syiah adalah 11 imam plus fatimah, sudah berlalu, dan imam zaman sekarang yaitu imam Mahdi, bersembunyi membawa Al Qur’an, artinya ahlulbait Nabi bersembunyi bersama Al Qur’an, Tsaqalain yang harus diikuti malah bersembunyi, bagaimana bisa diikuti? Sampai saat ini kita belum pernah mendapat penjelasan dari ulama syi’ah tentang dhaifnya redaksi hadits ini, begitu juga matannya. |
Posting Komentar