Ustadz Ba'asyir: Umat Islam Haram Gunakan Kalender Masehi


JAKARTA (voa-islam.com) - Ustadz Abu Bakar Ba’asyir kembali menyampaikan taushiyah kepada umat Islam berkaitan dengan tahun baru Islam 1433 H. Ditemui di sel Bareskrim Mabes Polri Jum’at (25/11) sore, beliau menegaskan tiga point yang harus dilaksanakan umat Islam.
Point pertama menurut ustadz Abu Umat Islam wajib menggunakan kalender Hirjiyah, hal itu sebagaimana pernah difatwakan oleh Al-Lajnah Ad-Dâ`imah Lil Buhûtsil ‘Ilmiyah Wal Iftâ Arab Saudi.
“Berkaitan dengan tahun baru muharram pertama, umat Islam wajib menggunakan penanggalan hijriyah. Sebab umat Islam itu tahunnya tahun hijriyah haram hukumnya menggunakan penanggalan masehi menurut fatwa lajnah daimah.
Tetapi jika mendesak, ada orang yang tidak mengerti kalender hijriyah umpamanya memang boleh menggunakan kalender masehi namun tetap wajib mencantumkan kalender hijriyah.” Jelas Amir JAT ini kepada voa-islam.com.
Lajnah Daimah di Arab Saudi atau jika di Indonesia adalah lembaga seperti MUI memang pernah mengeluarkan fatwa haram penggunaan kalender masehi karena itu merupakan bentuk tasyabbuh kepada kaum nasrani, berikut fatwa lengkapnya.
السؤال الثاني من الفتوى رقم  20722
س  : ما حكم التعامل بالتاريخ الميلادي مع الذين لا يعرفون التاريخ الهجري ؟ كالمسلمين الأعاجم ، أو الكفار من زملاء العمل ؟
ج  : لا يجوز للمسلمين التأريخ بالميلادي ؛ لأنه تشبه بالنصارى ، ومن شعائر دينهم ، وعند المسلمين والحمد لله تاريخ يغنيهم عنه ، ويربطهم بنبيهم محمد - صلى الله عليه وسلم - ، وهو شرف عظيم لهم ، وإذا دعت الحاجة يجمع بينهما .
وبالله التوفيق ، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم .
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو ...عضو ...عضو ... نائب الرئيس ... الرئيس
بكر أبو زيد ... صالح الفوزان ... عبد الله بن غديان ... عبد العزيز آل الشيخ ... عبد العزيز بن عبد الله بن باز
Pertanyaan kedua dari fatwa no.20722
Pertanyaaan : Bolehkah menggunakan kalender masehi bagi orang-orang yang tidak mengetahui kalender hijriyah, seperti kaum muslimin non arab atau orang-orang kafir mitra kerja?
Jawaban :
Tidak boleh bagi kaum muslimin menggunakan kalender masehi karena sesungguhnya hal tersebut merupakan bentuk tasyabbuh (menyerupai) orang-orang nashara dan termasuk syiar agama mereka. Sebenarnya kaum muslimin, walhamdulillâh telah memiliki kalender yang telah mencukupi diri mereka yang mengaitkan mereka dengan Nabi mereka Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam sekaligus ini merupakan kemuliaan yang besar. Namun apabila ada suatu kebutuhan yang sangat mendesak maka boleh menggabung kedua kalender tersebut. Wabillahit Taufiq. Washallallâhu ‘ala Nabiyinâ Muhammad wa Âlihi wa Shabihi wa sallam.
Al-Lajnah Ad-Dâ`imah Lil Buhûtsil ‘Ilmiyah Wal Iftâ`
Anggota : Bakr Abû Zaid; Shâlih Al-Fauzân; ‘Abdullâh bin Ghudayyân
Wakil Ketua : ‘Abdul ‘Azîz Âlusy Syaikh
Ketua : ‘Abdul Azîz Bin ‘Abdillâh bin Bâz
Selain itu, Ustadz Abu mengungkapkan adanya upaya thaghut untuk menghilangkan identitas Islam maka yang demikian harus diantisipasi dengan kembali mengenakan identitas Islam itu sendiri.
“Thaghut ini sengaja ingin menghilangkan identitas Islam seperti penaggalan Hijriyah, maka harus kita galakkan. Dulu tulisan arab itu dipelajari di Indonesia, meskipun bahasanya Melayu tetapi hurufnya Arab. Sampai-sampai Buya Hamka itu kalau menulis lebih lancar dengan menggunakan Arab-Melayu. Kalau di jawa namanya Pegon kalau di Malaysia namanya Jawi. Begitu juga kalau di Afghanistan meskipun  bahasanya Pashto tapi tulisannya Arab. Nah ini yang harus diperhatikan umat Islam supaya kembali kepada identitas Islamnya.” Papar ulama sepuh tersebut.
Ustadz Abu juga menghimbau agar umat Islam melaksanakan  puasa sunnah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Kedua, jangan lupa berpuasa’Asyura dimulai pada tanggal 9 dan 10 Muharram sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah dalam hadits. Ada juga ulama yang mengatakan sampai tanggal 11 Muharram.“ himbaunya dihadapan para pembesuk sore itu.
Sebagai tambahan, adapun dalil dari yang beliau maksudkan adalah Hadits:
أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
telah mengabarkan kepada saya 'Urwah bin Az Zubair bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan puasa pada hari 'Asyura' (10 Muharam). Setelah diwajibklan puasa Ramadhan, maka siapa yang mau silakan berpuasa dan siapa yang tidak mau silakan berbuka (tidak berpuasa) " (H.R. Bukhari No. 1862).
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada hari 'Asyura`dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa; Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram)." Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat. (H.R. Muslim No. 1916)
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا
“Puasalah hari Asyura’ dan selisihilah orang yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad, 1/241 No.2154, Al Baihaqi dalam kitab Syu’bul Iman, 3/365 No.3790). Hadis ini dihasankan oleh Syaikh Ahmad Syakir. Hadis ini juga dikuatkan hadis lain, yang diriwayatkan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubro dengan lafadz:
صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا وَبَعْدَهُ يَوْمًا
“Puasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya”. (H.R. Al Baihaqi no. 8667)
Kemudian yang terakhir Ulama kharismatik tersebut juga menghimbau agar umat Islam meninggalkan ritual-ritual sesat yang umumnya dilakukan umat Islam, seperti mencuci benda-benda pusaka sampai mengharap berkah dari kebo bule Kyai Slamet.
“Ketiga, segala ritual sesat, bid’ah itu harus ditinggalkan. Kalau ada yang sanggup untuk melakukan nahi munkar itu bagus.” Tutupnya. (Ahmed Widad)

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama