BEKASI (voa-islam.com) – Nilai ilmiah dan akademis dalam acara bertajuk bedah buku agama yang digelar warga Nahdlatul Ulama (NU) yang tergabung dalam FOSWAN (Forum Silaturrahmi Warga Nahdliyin) menjadi kabur, karena dikotori hujatan dan caci maki terhadap ulama dan hujatan terhadap sesama Muslim.
Salah satu materi Tabligh Akbar bertema “Ulama Sejagad Menggugat Salafi-Wahabi” di Masjid Nurul Ikhwan Perumnas III Bekasi, Ahad (20/11/2011), adalah bedah buku terbitan FOSWAN.
Dalam pemaparannya, tanpa ta’zhim sedikitpun, Ketua Lembaga Bahsul Masail FOSWAN Drs Muhammad Bukhori Maulana MA menyebut nama-nama ulama besar tanpa rasa hormat sedikitpun. Ia menuding para ulama itu telah diberhalakan oleh kaum Salafi Wahabi.
“Ibnu taimiyyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa, kalau kita bicara Salafi Wahabi kita musti bicara makhluk ini. Makhluk ini hampir menjadi berhalanya kaum Salafi. Saya berdoa kepada Allah semoga orang-orang Salafi dengar kata-kata saya. Ibnu Taimiyah itu hampir diberhalakan oleh Salafi Wahabi. Bin Baz hampir diberhalakan atau mungkin sudah jadi berhala oleh Salafi Wahabi. Nashiruddin Albani hampir diberhalakan atau mungkin sudah jadi berhala kaum Salafi Wahabi. Al-Jibrin hampir diberhalakan atau mungkin sudah diberhalakan oleh Salafi Wahabi. Karena kenapa? Karena seluruh pendapat mereka dianggap mutlak benar maka siapa yang berbeda pendapat dengan Albani, Al-Jibrin, Al-Utsaimin, Ibnu Taimiyyah semuanya dianggap sesat dan bid’ah,” ujarnya berapi-api di hadapan ratusan jamaah.
Tak puas mencaci-maki kelompok Salafi, lulusan Pesantren Lirboyo Kediri ini juga menuding Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai wajah lain kaum Salafi Wahabi yang memberhalakan ulama.
“Kalau saya ditanya, ini kalau ada orang PKS tolong dilaporin sama pengurusnya. PKS dengan Wahabi itu sama nggak? Sama bin sama, bedanya apa? Bedanya setipis jenggot mereka dengan jenggot Salafi,” tegasnya.
Tak hanya itu, Bukhori juga menuding PKS membohongi warga Nahdiyin dengan pura-pura tahlilan dan maulidan jelang Pemilu untuk meraup suara sebanyak-banyaknya. “Kalau mereka tahlilan, bohong! Itu kalau mau Pemilu saja. PKS ngadakan Maulid Nabi juga, kalau Pemilu saja! Jadi siapa yang bodoh kalau milih PKS itu?” jelasnya.
Dengan kutipan-kutipan sarkasme yang konfrontatif sesama Muslim seperti itu, tak jelas di mana nilai ilmiah dan akademisnya. Padahal ‘bahasa menunjukkan bangsa’ dan ‘air beriak tanda tak dalam.’
Sesama muslim seharusnya ruhama baynahum (saling berkasih sayang), bukan asyidda’ (bersikap keras/garang). Qul khairan aw liyasshmut, ya ustadz. [taz, ahmed widad]
Posting Komentar