Setelah kita mempelajari sekian jauh tentang cara-cara berfikir yang benar, melalui metode deduksi maupun induksi, kini dapat kita kumpulkan kekeliruan-kekeliruan berfikir yang sering terjadi.
Adalah kekeliruan berfikir karena menggunakan empat term dalam silogisme. Terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedangkan dalam patokan diharuskan hanya terdiri tiga term, seperti :
Orang yang berpenyakit menular harus diasingkan. Orang yang berpenyakit panu adalah membuat penularan penyakit, jadi dia harus diasingkan.
Adalah kekeliruan berfikir karena tidak satupun dari keuda term penengah mencakup, seperti :
Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Surahman kurus sekali, karena itu tentulah Surahman banyak belajar.
Adalah kekeliruan berfikir karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup, seperti :
Kuda adalah binatang, sapi bukan kuda jadi ia bukan binatang.
Adalah kekeliruan berfikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negatif. Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa ditarik konklusi, contoh :
Tidak satupun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalh baik.
Adalah kekeliruan berfikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula sebabnya, seperti :
Bila pecah perang harga barang-barang naik, sekarang harga barang naik, jadi perang telah pecah.
Adalah kekeliruan berfikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana, contoh :
Bila datang elang maka ayam berlarian, sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak berlarian.
Kekeliruan berfikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternatif pertama, kemudian membenarkan alternatif lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternatif pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternatif yang lain, seperti :
Surahman melanjutkan kuliah atau menikah. Surahman tidak melanjutkan kuliah, jadi Surahman tentu menikah.
Adalah kekeliruan berfikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya, seperti :
Anggaran dasar organisasi kita sudah sempurna; kita perlu melengkapi beberapa pasal agar komplit.
Yaitu mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya, contoh :
Panen di kabupaten itu gagal, kalau begitu tahun ini Indonesia harus mengimpor beras.
Kekeliruan berfikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan, contoh :
Seorang pegawai datang ke kantor dengan luka goresan di pipinya seseorang menyatakan bahwa isterinyalah yang melukainya dalam suatu percekcokan karena diketahuinya selama ini orang itu kurang harmonis hubungannya dengan isterinya, padahal sebenarnya karena goresan besi pagar.
Kekeliruan berfikir karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya, seperti :
Surat kabar x merupakan sumber informasi yang reliable, karena beritanya tidak pernah basi. (Di sini orang hendak membuktikan bahwa surat kabar x memang merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya berdasarkan pemberitaannya yang up to date, tanpa dibuktikan bahwa pemberitaannya memang dapat diuji kebenarannya.)
Adalah kekeliruan berfikir karena menarik konklusi dari suatu premis kemudian konklusi tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan premis semula dijadikan konklusi pada argumen berikutnya, seperti :
Ekonomi negara x tidak baik karena banyak pegawai yang korupsi. Mengapa banyak pegawai yang korupsi? Jawabannya karena ekonomi negara kurang baik.
Adalah kekeliruan kerena mengambil kesimpulan yang tidak diturunkan dari premisnya. Jadi mengambil kesimpulan melompat dari dasar semula, contoh :
Pantas ia cantik karena pendidikannya tinggi.
Adalah kekeliruan berfikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut, seperti:
Bangunan ini sungguh kokoh, sebab ustadz Syuhada mengatakan demikian. (Ustadz Syuhada adalah da’i bukan insinyur bangunan)
Kekeliruan berfikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat/argumen seseorang dengan menyatakan :
Kau masih juga membantah pendapatku. Kau baru satu tahun duduk di bangku perguruan tinggi, aku sudah lima tahun.
Adalah kekeilruan berfikir karena menolak argumen yang dikemukakan sesorang dengan menyerang pribadinya, seperti :
Jangan dengarkan pernyataan si liberal Ulil Absar yang bibirnya dower itu.
Adalah kekeliruan berfikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar, seperti :
Kalau kau tidak bisa membuktikan bahwa hantu itu ada, maka teranglah pendapatku yang benar, bahwa hantu itu tidak ada.
Adalah kekeliruan berfikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak, seperti :
Jam berapa kau pulang semalam? (Yang ditanya sebenarnya tidak pergi. Penanya hendak memaksakan pengakuan bahwa yang ditanya semalam pergi).
Adalah kekeliruan karena berargumentasi dengan alasan yang tidak kuat atau tidak cukup bukti, seperti :
Kendaraan buatan Honda adalah terbaik, karena banyak peminatnya.
Adalah kekeliruan berfikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya, seperti :
Daging yang kita makan hari ini adalah dibeli kemarin. Daging yang dibeli kemarin adalah daging mentah, jadi hari ini kita makan daging mentah.
Adalah kekeliruan berfikir karena mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang menjadi pokok pembicaraan, seperti :
Kau tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mau telanjang berangkat ke perjamuan itu.
Adalah kekeliruan berfikir karena menganalogikan dua permasalahan yang kelihatan mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar, seperti :
Seniman patung memerlukan bahan-bahan untuk membuat karya seni, maka Tuhan pun memerlukan bahan untuk menciptakan alam semesta.
Adalah kekeliruan berfikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang diharapkan. Uraian itu sendiri tidak salah tetapi menggunakan uraian-uraian yang menarik belas kasiihan agar kesimpulan menjadi lain, padahal masalahnya berhubungan dengan fakta, bukan dengan perasaan inilah letak kekeliruannya.
Adalah kekeliruan berfikir karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhan, contoh :
Mur ini sangat ringan, karena itu mesinnya tentu ringan juga.
Adalah kekeliruan berfikir karena menetapkan sifat yang ada pada keseluruhannya, maka demikian juga setiap bagiannya, kebalikan dari kekeliruan Karena Komposisi,
Contoh :
Kompleks ini dibangun diatas tanah yang luas, tentulah kamar tidurnya juga luas.
Adalah kekeliruan berfikir karena kekeliruan memberikan tekanan dalam pengucapan. Contoh :
Kita tidak boleh memukul, teman. (maksudnya adalah kita dilarang memukul teman kita. Tetapi dengan memberikan tekananpada memukul, maka maknanya berbeda)
Adalah kekeliruan berfikir karena menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda-beda, contoh :
Seorang anak muda datang kepada tukang ramal dan menanyakan apakah judi yang pertama kali ia ikuti nanti malam akan menang atau kalah, ia mendapat jawaban : anda akan mendapat pengalaman bagus. Atas jawaban ini ia sangat puas dan menyimpulkan ia akan menang dalam perjusian. Tetapi ternyata ia kalah. Waktu ia kembali ia menanyakan mengapa ramalannya meleset, tukang ramal itu menjawab : saya benar, sebab dengan kekalahan itu anda mendapat pengalaman yang bagus, bahwa judi itu membawa penderitaan.
Adalah kekeliruan berfikir karena menggunakan kata yang sama dengan arti lebih dari satu, contoh :
Gajah adalah binatang, jadi gajah kecil adalah binatang yang kecil. (kecil dalam “gajah kecil” berbeda pengertiannya dengan kecil dalam “binatang kecil”
Posting Komentar