Teruslah Beribadah Sampai Datangnya Kematian


Oleh: Badrul Tamam
Saudaraku! Pada saat Ramadlan begitu semangat kita beribadah. Shiyam, qiyam, shadaqah, dzikir, doa, tilawah dan berbagai amal kebajikan kita lakukan. Masjid-masjid ramai dengan jama’ahnya. Manisnya iman kita rengguh. Nikmatnya ibadah kita rasakan. Bermunajat dan istighfar di penghujung malam terasa sangat nikmat. Shalat menjadi pembahagia hati. Berpuasa tanpa mengeluh lapar dan dahaga karena ada nikmat yang dirasa. Bershadah tanpa rasa takut fakir. Sampai-sampai mucul angan, “Andaikan saya meninggal di atas kondisi ini.” Inilah Ramadlan yang sudah kita lalui dan berlalu dari kita.
Saudaraku! Namun sayang, belum satu bulan Ramadlan berlalu, amalan-amalan itu terlihat berkurang atau bahkan hilang. Masjid kembali sepi seperti sebelum Ramadlan. Shiyam, qiyam, shadaqah, dan tilawah Al-Qur’an jarang ditemukan. Padahal Rabb yang disembah saat Ramadlan adalah sama dengan Rabb yang disembah di luar Ramadlan, yaitu Allah Ta’ala. Dia senantiasa hidup, mengurus, dan mengawasi hamba-hamba-Nya. Dia tetap ada dengan segenap asma’ dan sifat-Nya yang Mahaindah dan Mahamulia, baik di dalam Ramaldan maupun di luar Ramadlan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)
Beginilah seharusnya seorang hamba dalam beribadah. Kontinyu dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah. Teguh di atas syariat-Nya. Istiqamah di atas ajaran agama-Nya. Tidak surut dengan pergantian waktu dan perubahan keadaan. Dia tidak beribadah kepada Allah di suatu bulan lalu tidak pada bulan yang lain, di satu tempat lalu tidak pada tempat yang lain. Tidak, seribu kali tidak demikian. Hamba Allah yang shalih paham bahwa Tuhannya pada Ramadlan adalah Tuhannya pada bulan selainnya. Dialah pemilik seluruh waktu dan tempat. Karenanya dia akan istiqamah di atas syariat-Nya sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan diridlai. Allah Ta’ala berfirman,
 فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Huud: 112)
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushshilat: 6)
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
قُلْ : آمَنْتُ باللهِ ، ثمَّ استقِمْ
Katakanlah: ‘Aku beriman kepada Allah,’ lalu beristiqamahlah.” (HR. Muslim)
Saudaraku! Memang Ramadlan adalah bulan yang istimewa. Allah mengistimewakannya dengan dilipatgandakan pahala, tidak seperti bulan lainnya. Karennaya, kami tidak memaksa untuk kita menjadi orang yang sama kesungguhannya saat Ramadlan dan di luar Ramadlan. Tapi kami mengajak agar kita tidak berhenti dari  beramal shalih. Mari kita tetap puasa (sunnah), shalat malam, shadaqah walau jumlah tidak sebanyak saat Ramadlan, agar iman kita tetap kuat dan tidak melemah. Janganlah kita menjadi seperti wanita yang telah memintal kuat benangnya di satu hari, lalu dia uraikan kembali pada malam harinya.
Saudaraku! Setelah berpuasa fardlu Ramadlan, masih ada puasa-puasa sunnah yang bisa kita jaga untuk menguatkan iman, seperti: enam hari dari bulan Syawal, Puasa Senin dan Kamis, Puasa Ayyamul Bidh (Tanggal 13, 14, 15 dari bulan Qamariah), puasa Asyura, Puasa Arafah dan puasa-puasa lainnya.
Setelah habis masa qiyam Ramadlan (shalat tarawih), maka qiyamullail setiap malam tetap disyariatkan. Allah menyifati orang-orang bertakwa yang menjadi penghuni surga,
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
 “Dahulu mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (QS. Al-Dzariyaat: 17) Mereka itu yang telah banyak berbuat baik, pada malam harinya sedikti tidur. Waktu malamnya lebih banyak dihabiskan untuk bermunajat kepada kepada Allah dalam bentuk shalat, tilawah, dzikir, doa, dan merendah diri kepada-Nya.
Jika shadaqah di bulan Ramadlan yang diakhiri dengan zakat fitrah sudah berlalu, bukan berarti ibadah harta selesai. Di sana masih ada zakat wajib. Pintu-pintu untuk shadaqah dan infak fi sabilillah masih banyak terbuka.
Qira’atul Qur’an dan mentadabburinya tidak hanya berlaku khusus di bulan Ramadlan, tapi dianjurkan dilaksanakan setiap waktu.
Qira’atul Qur’an dan mentadabburinya tidak hanya berlaku khusus di bulan Ramadlan, tapi dianjurkan dilaksanakan setiap waktu.
Saudaraku! Amal-amal shalih diperintahkan setiap waktu dan di setiap tempat. Bersungguh-sungguhlah -wahai saudaraku- dalam melaksanakan ketaatan! Jangan malas dan futur (berhenti dari amal ketaatan). Jika engkau mengurangi kadar amal sunnahmu, jangan sampai engkau meninggalkan amal wajibmu, seperti shalat lima waktu denga berjama’ah dan lainnya.
Saudaraku! Jangan terjang perkara-perkara haram dan dosa. Sesungguhnya perkara haram akan membawa kepada keharaman lainnya. Perbuatan dosa akan menarik kepada dosa selanjutnya. Jangan sengaja menyimpang, sesungguhnya sebab tersesatnya Bani Israil karena kesengajaan mereka menyimpang dari aturan Tuhan.
Jangan sengaja menyimpang, sesungguhnya sebab tersesatnya Bani Israil karena kesengajaan mereka menyimpang dari aturan Tuhan.
Teruslah istiqamah dan teguh di atas ajaran Islam, di mana saja dan kapan saja. Sesungguhnya kita tidak tahu kapan malaikat maut datang menjemput kita, karenanya berhati-hatilah jangan sampai dia datang sementara kita dalam keadaan bermaksiat.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita di atas jalan-Nya yang lurus. Menunjukkan kebenaran sebagai kebenaran dan menganugrahkan kekuatan kepada ktia untuk mengikutinya. Dan semoga Dia menunjukkan bahwa kebatilan adalah kebatilan dan menguatkan kita untuk menjauhinya. Teruslah berharap dan bergantung kepada Allah, jangan pernah putus dan menjauh dari-Nya.
اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ
“Ya Allah, Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu!.” (PurWD/voa-islam.com)

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama