Amerika Serikat mendapatkan kritikan tajam dari mantan reporter veteran Gedung Putih, Helen Thomas. Ia mengkritik AS yang tidak pernah mengizinkan publik membicarakan kebijakan Israel terhadap Palestina.
"Tidak ada yang bisa mengkritik Israel di negara ini (AS) kemudian selamat," kata Helen dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Ohio, WMRN-AM yang disiarkan pada hari Selasa waktu setempat.
Juni silam, Helen dipaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya setelah menyarankan agar orang-orang Israel sebaiknya meninggalkan tanah Palestina yang mereka jajah.
Pada perayaan Warisan Yahudi yang bertempat di Gedung Putih, Helen mengatakan, "Katakan kepada mereka (orang-orang Israel) agar angkat kaki dari (tanah) Palestina."
Dalam wawancara barunya, Helen mengatakan, komentar tersebut "memang sama persis dengan yang ada dalam pikiran saya," meski kemudian ia menyadari bahwa komentar itu mengakhiri pekerjaannya.
"(Keadaannya) amat sulit selama dua minggu pertama. Setelah itu, saya tersadar dari koma," katanya.
Koresponden berusia 90 tahun ini merelakan kursi di baris terdepan pada ruang pers Gedung Putih diisi orang lain.
Helen Thomas telah mewawancarai 10 presiden AS, mulai dari Dwight Eisenhower.
Helen menjadi koresponden kantor berita United Press International (UPI) selama 57 tahun mulai dari 1943 hingga 2000. Kemudian bergabung dengan surat kabar Hearst, yang memiliki 15 surat kabar harian, sebagai kolumnis.
Helen merupakan wanita pertama yang bergabung dengan National Press Club dan presiden Asosiasi Koresponden Gedung Putih.
Helen menjadi personel tetap yang selalu menghadiri berbagai konferensi pers selama berpuluh tahun dan sering kali dipersilakan mengajukan pertanyaan awal.
Ia adalah putri seorang imigran Libanon yang menjadi reporter wanita pertama yang meliput dunia politik AS.
Berhentinya Helen sebagai reporter Gedung Putih dengan masa tugas terlama diumumkan Hearst Corp, yang menjadi tempat kerjanya sebagai kolumnis dan telah menghabiskan sebagian besar kariernya dengan United Press International (UPI).
"Helen mengumumkan bahwa ia berhenti, berlaku efektif dalam waktu dekat," kata kantor berita Hearst Juni lalu.
Sejak itu, Helen menghabiskan akhir minggu dengan mendapat kecaman dan cemooh publik AS terkait pernyataannya pada "perayaan warisan Yahudi" 27 Mei lalu di Gedung Putih. Rekaman kejadian ini muncul di situs YouTube.
Ketika ditanya oleh situs Yahudi RabbiLive.com tentang benar tidaknya ia mengeluarkan komentar tentang Israel, Helen menjawab: "Katakan pada mereka (orang-orang Israel) agar angkat kaki dari Palestina. Ingat orang-orang (Palestina) terjajah dan itu adalah tanah milik mereka, bukan milik Jerman, bukan pula Polandia. Mereka (orang-orang Israel) bisa pulang. Ke Polandia, Jerman, Amerika, dan ke tempat lain," tegasnya.
Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs pada Juni lalu menyebut pernyataan Helen "menyinggung dan tercela". Helen sempat menyampaikan permintaan maaf di situs pribadinya, HelenThomas.org. "Saya amat menyesalkan komentar yang saya ucapkan minggu lalu mengenai Israel dan Palestina," tulisnya.
Tapi Helen kembali mengajukan pertanyaan terakhirnya kepada presiden AS, Obama, dalam sebuah konferensi pers di Ruang Sayap Timur di Gedung Putih pada 27 Mei lalu, sebelum akhirnya dipecat.
"Tidak ada yang bisa mengkritik Israel di negara ini (AS) kemudian selamat," kata Helen dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Ohio, WMRN-AM yang disiarkan pada hari Selasa waktu setempat.
Juni silam, Helen dipaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya setelah menyarankan agar orang-orang Israel sebaiknya meninggalkan tanah Palestina yang mereka jajah.
Pada perayaan Warisan Yahudi yang bertempat di Gedung Putih, Helen mengatakan, "Katakan kepada mereka (orang-orang Israel) agar angkat kaki dari (tanah) Palestina."
Dalam wawancara barunya, Helen mengatakan, komentar tersebut "memang sama persis dengan yang ada dalam pikiran saya," meski kemudian ia menyadari bahwa komentar itu mengakhiri pekerjaannya.
"(Keadaannya) amat sulit selama dua minggu pertama. Setelah itu, saya tersadar dari koma," katanya.
Koresponden berusia 90 tahun ini merelakan kursi di baris terdepan pada ruang pers Gedung Putih diisi orang lain.
Helen Thomas telah mewawancarai 10 presiden AS, mulai dari Dwight Eisenhower.
Helen menjadi koresponden kantor berita United Press International (UPI) selama 57 tahun mulai dari 1943 hingga 2000. Kemudian bergabung dengan surat kabar Hearst, yang memiliki 15 surat kabar harian, sebagai kolumnis.
Helen merupakan wanita pertama yang bergabung dengan National Press Club dan presiden Asosiasi Koresponden Gedung Putih.
Helen menjadi personel tetap yang selalu menghadiri berbagai konferensi pers selama berpuluh tahun dan sering kali dipersilakan mengajukan pertanyaan awal.
Ia adalah putri seorang imigran Libanon yang menjadi reporter wanita pertama yang meliput dunia politik AS.
Berhentinya Helen sebagai reporter Gedung Putih dengan masa tugas terlama diumumkan Hearst Corp, yang menjadi tempat kerjanya sebagai kolumnis dan telah menghabiskan sebagian besar kariernya dengan United Press International (UPI).
"Helen mengumumkan bahwa ia berhenti, berlaku efektif dalam waktu dekat," kata kantor berita Hearst Juni lalu.
Sejak itu, Helen menghabiskan akhir minggu dengan mendapat kecaman dan cemooh publik AS terkait pernyataannya pada "perayaan warisan Yahudi" 27 Mei lalu di Gedung Putih. Rekaman kejadian ini muncul di situs YouTube.
Ketika ditanya oleh situs Yahudi RabbiLive.com tentang benar tidaknya ia mengeluarkan komentar tentang Israel, Helen menjawab: "Katakan pada mereka (orang-orang Israel) agar angkat kaki dari Palestina. Ingat orang-orang (Palestina) terjajah dan itu adalah tanah milik mereka, bukan milik Jerman, bukan pula Polandia. Mereka (orang-orang Israel) bisa pulang. Ke Polandia, Jerman, Amerika, dan ke tempat lain," tegasnya.
Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs pada Juni lalu menyebut pernyataan Helen "menyinggung dan tercela". Helen sempat menyampaikan permintaan maaf di situs pribadinya, HelenThomas.org. "Saya amat menyesalkan komentar yang saya ucapkan minggu lalu mengenai Israel dan Palestina," tulisnya.
Tapi Helen kembali mengajukan pertanyaan terakhirnya kepada presiden AS, Obama, dalam sebuah konferensi pers di Ruang Sayap Timur di Gedung Putih pada 27 Mei lalu, sebelum akhirnya dipecat. (Reuter/AFP/DWI H)
Posting Komentar