Dalam Kisah Rasul 15: 1-7, diceritakan bahwa menjelang tahun 50-an, telah timbul perselisihan antara Paulus-Barnabas dengan para ahli Taurat. Penyebabnya adalah keputusan Paulus yang membebaskan orang-orang kafir (pagan) yang masuk Kristen dari ritual khitan. Konon ketika itu, orang-orang pagan itu meminta peraturan khusus, yakni dibebaskan dari ritual khitan. Keputusan Paulus tersebut sudah tentu tidak disetujui oleh kalangan Yahudi-kristen. Bahkan karena perselisihan ini, bentrokkan antara kedua pihak terjadi. Bagi Paulus, khitan, Shabbat dan upacara di Temple, tidak perlu lagi, baik untuk pengikut Yesus atau untuk orang-orang Yahudi sendiri. Agama Kristen harus membebaskan diri dari hubungan politica-relegius dengan agama Yahudi, dan membukakan diri bagi orang Gentil (non Yahudi).
Sejarah tentang perselesihan tersebut menjadi titik awal lahirnya syinode (konsili) di kalangan Kristen. Konsili pertama dilakukan di Yerusalem pada tahun 49-50 M. masalah yang dibahas adalah tentang perselisihan tadi yakni khitan. Konon ceritanya, ketika syinode itu berlangsung, dengan mengejutkan Petrus bangun dan berkata : "Hai tuan-tuan dan saudara-saudara, Kamu ketahui bahwa sudah lama Allah memilih aku diantara kamu supaya dengan lidahku orang kafir harus mendengar firman Injil, lalu percaya.
Setelah peristiwa tersebut, tidak lagi diceritakan apa yang terjadi di antara mereka. Bagaimana sikap antara Barnaba, Petrus dan Paulus tidak diceritakan. Yang jelas, dari sumber Alkitab, hanya diceritakan tentang Paulus dan perjalanannya keberbagai daerah dalam rangka penyebaran Kristen sampai pada sejarah kematian Paulus dalam penjara.
Sesudah abad pertama berkahir, pada tahun 115 M, seorang uskup bernama Ignatius, aktif mengumpulkan surat-surat Paulus melalui oknum-oknumnya di Epese. Usaha Iganitus inilah yang nantinya menjadi rintisan jalan perkembangan theology di kalangan Jamaat Kristen. Sebab, atas usaha ini surat-surat Paulus menjadi bagian dari kitab suci orang Kristen. Di dalam surat Pauluslah sebenarnya doktrin Trinitas, Penyaliban dan dosa turunan dikuatkan sebagai pondasi keimanan Kristen.
Sebenarnya sebelum Ignaitus mengumpulkan surat-surat Paulus, sekitar tahun 144 M, terjadi suatu peristiwa yang mengejutkan gereja. Gerakan ini berkatian dengan masalah teologi. adalah Maricon salah seorang penganut Kristen, mempunyai pemahaman dan ajaran yang berbeda dengan Paulus. Maricon mempunyai telogi bahwa ada perbedaan antara Allah dalam PL dan Allah dalam PB. Dalam PL, derajat Allah rendah. Allah yang ingin melakukan kebajikan, kata Maricon, tidak mampu melaksanakannya. Keinginan-Nya untuk memerintah dengan adil, tetapi malah bersifat bengis dank eras. Taurat yang diberikannya kepada manusia terlalu berat dan mustahil untuk dilaksanakan. Makhluk menjadi kurang sempurna, akibat kholik yang kurang sempurna. Perintah ayat Matius 5:38-42 "Mata ganti dengan Mata", Allah mau tidak mau menjadi dhalim dan kurang adil terhadap dunia. Sosok Allah tersebut sangat berbeda, tegas Maricon, dengan Allah dalam PB. Menurut Maricon, Yesus datang dengan khotbahnya di bukit, ternyata tidak berpokok pada pembalasan, melainkan keampunan dan kemurahan. Yesus, kata Maricon, tidak diutus oleh Allah PL, melainkan oleh Allah lain yang asing bagi dunia ini, dan belum dikenal. Allah ini adalah Allah yang benar, Maha Tinggi.
Sekitara tahun 150 M, muncul ajaran corak Gnostik Kristen yang diajarkan oleh Basiledes bersama dengan Valentus. Mereka mengajarkan bahwa Allah Yang Maha Tinggi tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia ini. Dunia ini dijadikan oleh suatu Allah yang rendah, yakni yang disebut "Demiurgus" namanya. Manusia hanya mengandung sebagian kecil dari Roh Allah yang Maha TInggi dalam batinnya.
Selang beberapa tahun kemudian, sekitar 160 M, muncul ajaran baru lagi yang diprakarsai oleh seorang ahli teologi bernama Montanus. Ia dengan orang Nabiahnya, Pricilla dan Maximilia, mencontohkan ritual yang berbeda dengan yang lainnya. Mereka beribadah dengan bertutur dengan lidah, berekstase sampai tak sadarkan diri. Selain itu, Montanus bersama dua Nabiahnya, mewajibkan pada pengikutnya untuk menahan nafsu tubuh melalui puasa, orang janda tidak boleh kawin lagi. Ajaran Mortanus merambat sampai ke Afrika.
Berbagai ajaran yang dibawa oleh para teolog mengalami perkembangan dengan bentuknya sendiri. Pihak gereja merasa khawatir disertai geram melihat fenomena tersebut. Mereka membuat sinode-sinode, bersidang di gereja memutuskan masalah-masalah teologi tadi. Gereja tidak berdiam diri. Setiap gerakan baru ditentang keras. Sayangnya, satu ditentang yang lain muncul lagi.
± 180 M, gereja dikejutkan dengan teologi yang dibawa oleh Celcus. Menurut Celcus, bagaimanapun, Allah yang tak berubah mustahil menyatakan dirinya dalam Yesus kristus. Agama Kristen ini, kata Celcus, berasal dari tipu daya Yesus dengan murid-muridnya.
Sekitar tahun 185-254 muncul ajaran baru lagi yang dicetuskan oleh Origenes, seorang tokoh Kristen dari Alexandria yang mempunyai ajaran berbau filsafat Yunani. Ajaran Oriegenes ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap gereja. Hampir setengah abad ajarannya dipegang oleh gereja. Menurut Origenes, logos (firman) adalah setengah Allah. Antara Anak dan Bapa ada pemisahan, sekalipun antara zat Logos dan zat Bapa terdapat keserupaan. Asal mula tujuan segala yang hidup, tegas Origenes, adalah Allah, Bapa yang abadi. Yang paling mula-mula diciptakan adalah logos, ilahi juga. Tetapi derajatnya kurang dari derajat Allah. Kemudian barulah logos atau Anak yang melahirkan Roh Kudus. Dari Roh Kuduslah berpencarnya segala Roh yang ada (jiwa), tabiat juga ilahi, hanya jauh lebih rendah dan berkehendak bebas dan sebagiannya dipakai untuk menentang TUhan. Jadi hanya satu saja yang tetap setia akan Tuhan. Selaku hukuman, maka segala roh yang jatuh ke dalam dosa itu sekarang dikurung dalam salah satu badan jasmani. Di kalangan Malaikat hanya sebagian kecil saja yang jatuh, dan mereka diberi badan-badan berupa bintang-bintang di langit. Di bawah malaikat-malaikat adalah dunia, sedang di bawah dunia adalah setan-setan yang beada dalam kegelapan. Ajaran Origenes ini kemudian dianggap sesat oleh pihak gereja, karena mengajarkan kebertingkatan Tuhan.
Sekitar tahun 200 M, sosok Clemens yang mumpuni dibidang filsafat Yunani.orang ini banyak mengajarkan filsafat dan menocoba memasukkannya ke dalam ajaran Kristen. Dia banyak bertaktik, menyesuaikan Bibel dengan filsafat Yunani. Tujuannya adalah agar para intelek tertarik dan simpati terhadap agama Kristen. Ajaran yang dibawanya tidaklah jauh dengan Origenes, karena memang Clemens ini adalah gurunya Origenes. Dua ajaran inilah yang nantinya sangat mendominasi serta mempengaruhi agama Kristen. Konsep teologinya dibangun di atas pondasi filsafat yang disatukan dengan Bibel. Sebenarnya, langkah kedua teolog tersebut jauh sebelumnya telah dilakukan oleh Paulus. Kita tidak boleh lupa, bahwa Paulus adalah orang yang sangat berutang terhadap orang-orang Yunani. Dia menguasai betul filsafat Yunani.
± 318 M, timbul lagi gerakan Teologi dibawah pimpinan Arius. Dia membawa paham; Yesus tidak mungkin dapat disebut setengah Allah. Sebab, kepercayaan akan satu Allah saja telah menyebabkan Yesus itu betul-betul bukan Allah, yakni makhluk saja. Logos atau Anak, adalah makhluk Tuhan yang sulung, tertinggi derajatnya. Ia bukan apa-apa kecuali dijadikan. Logos telah datang ke bumi selaku pengajar dan teladan untuk semua makhluk lain, dan dengan real hati, kata Arius, Yesus khidmat kepada Allah dan diberi kehormatan ilahi.
Teologi Kristen mulai mendapat angina segar sekitar tahun 312 M. Tatkala itu kaisar Konstantin merebut tahta kerajaan Romawi Barat setelah mengalahkan Maxentius. Kebetulan juga saat itu, di sebelah TImur kekuasaan dipegang oleh Licinus, adik ipar konstantin. Kedua raja itu sama-sama mempunyai kebijakan yang menguntungkan gereja. Bahkan segala milik gereja yang telah dirampas oleh kerajaan, harus dikembalikan atau dibayar. Kedudukan gereja menjadi lebih baik, sesudah Konstantin mengalahkan Licinus tahun 324, di mana segenap kekuasaan berada di tangan Konstantin. Konstantin kemudian dibaptis pada tahun 337 M. pada masa pemerintahan Konstantin, gereja mencapai beberapa terobosan. Tahun 325 M, diadakan konsili Nicea (Asia Kecil) atas prakarsa Konstantin sendiri. Hasil dari konsili ini adalah rumusan tentang Yesus yang terutang dalam sahadah
"Aku percaya akan Yesus kristusm Anak TUnggal Allah, yang diperanakan oleh Bapa lebih dulu daripada segala zaman, Allah keluar dari Allah…Allah yang benar yang keluar dari Allah yang benar, yang diperanakan bukan dijadikan, sezat dengan Bapa…akan dia yang telah turun dari surga karena kita manusia dan karena keselamatan kita..
Melalui konsili ini Yesus diresmikan sebagai Tuhan. Konsili ini juga menghasilkan penetapan waktu paskah, aturan-aturan Imamat dan menyejajarkan keberadaan gereja dengan kekaisaran.
Tiga tahun setelah konsili Nicea, tepatnya pada tahun 328, Athanasius naik tahta menggantikan Alexander selaku uskup Alexandria. Orang ini mempunyai ajaran teologi bahwa Anak (Yesus) bukan makhluk dan bukan setengah Allah atau Allah yang kedua, melainkan suatu zat dengan Bapa dalam segala-galanya. Logos (firman) itu satu hakikat dengan Allah; sungguhpun logos dan Allah harus dibedakan, tetapi pada hakikatnya mereka satu; ketika Anak itu masuk ke dunia, kata Athanasius, Allah sendiri datang menyelamatkan manusia. Teologi Athanasius memang dicetuskan untuk melawan teologi Arius. Ketika kekuasaan di tangan Athanasius, kesempatan untuk menguatkan teologinya terbuka lebar. Sementara teologi Arius, yang dari semula menentang ketuhanan Yesus, semakin mendapat tekanan. Dengan kekuasaan yang dipegangnya, Athanasius konsep trinitas semakin kokoh.
Meskipun hasil dari konsili telah ditetapkan dan menjadi kesepakatan di sebagian kalangan Kristen pada saat itu, bukan berarti penyimpangan-penyimpangan dalam teologi tidak pernah terjadi lagi. Baik penyimpangan atau pengukuhan teologi sebelumnya masih terus terjadi. Pada tahun 354-430 M, Augustinus mencetuskan teologinya. Teologi Augustinus berakar pada ajaran platonisme yang dicampuri dengan ajaran yang terdapat di Mazmur dan ditambahi dengan surat-surat Paulus. Konon masa muda Augustinus dihiasi dengan pemahaman Maniehisme, yakni semacam Gnostik Parsi yang asketis dan dualistis. Ajaran ini merupakan campuran dari berbagai pikiran kafir.
Selang beberapa tahun kemudian, pada tahun 360, Gereja kembali dikejutkan dengan teologi baru. Adalah Apollinaris, seorang Kristen dari Laodikea, tampil berani menentang ketuhanan Roh Kudus. Tidak hanya itu, Apolinaris juga menentang semua keputusan Konsili Nicea. Teologi Apolinaris dikenal juga dengan istilah Macedonisme. Ajarannya berkembang kurang lebih selama 20 tahun. Untuk mengatasi teologi Apolinaris, gereja kemudian menggelar konisli lagi. Kali ini, konisli diadakan di Konstatinopel (disebut konsili Konstatinopel I) pada bulan Mei-Juli 381 M, atas prakarsa Kaisar Theodosius I. sekitar 150 Uskup hadir dalam acara tersebut. Hasil dari konsili ini adalah mengutuk dan menolak Arianisme dan Macedonisme. Konsili ini juga berhasil melengkapi sahadat Nicea dengan menetapkan kembali ketuhanan Ruh Kudus sebagai sesuatu yang sezat dan sehakikat dengan Tuhan. Doktiri ini mendapat formulasi dari Augustinus.
Satu masalah telah selesai, bukan berarti masalah lain tidak muncul. Begitulah sejarah agama Kristen. Masalah akidah diformulasikan terus menerus dalam waktu yang lama. Pada tahun 410 M, Plagius, rahib dari Britania yang pernah tinggal di Roma dan kemudian pindah ke Afrika, membawa ajaran baru yang menyalahi kepercayaan Kristen saat itu. Menurut Plagius, dosa Adam tidak menghilangkan kehendak bebas dari manusia. tiap-tiap manusia lahir dalam keadaan suci, tidak bercacat. Dosa dalam diri manusia, kata Plagius, bukanlah tabi'at, tetapi kehendak manusia. keselamatan yang kekal hanya diperoleh manusia selaku ganjaran atas perbuatan amal baiknya sendiri. Teologi Plagius ini mengguncangkan pondasi keimanan Kristen yang menyatakan bahwa dosa manusia adalah dosa turunan dari Adam.
Belum lagi menghadapi teologi baru dari Plagius, gereja dikejutkan kembali dengan kemunculan Nestorius (428 M) seorang patriarch dari Konstatinopel. Gugatan Nestorius mendasar sekali. Dia menolak keilahian Yesus. Nestorius merasa keberatan dengan gelar "Bunda Tuhan" terhadap Maria. Bagi Nestroius, Maria adalah manusia. Yesus lahir dari Maria. Karena Maria adalah manusia maka Yesus pun Manusia. begitulah kira-kira logika sederhananya. Teologi Nestorius mendapat perlawanan dari Cyrillus seorang Patriarch dari Alexandria. Bagi Cyirllus, Yesus kristus memang memiliki unsure insaniah. Namun, unsure ilahiahnya, katanya, lebih berat. Karena unsure ilahiahnya lebih berat, lebih dominant, maka unsure manusia yang ada dalam diri Yesus telah lenyap.
Menghadapi kedua perselisihan tadi, gereja kembali mengadakan Konsili. Kali ini diadakan di Efesus (disebut Konsili Efesus) pada tahun 431 M. konsili ini dihadiri sekitar 150-200 usukup dengan dukungan usukup Roma. Nestorius kalah dan ajarannyapun ditolak dan dianggap sesat. Konsili ini juga menetapkan bahwa Maryam adalah Theotokos (Mother of God/ Ibu Tuhan).
Satu tahun kemudian, 450 M, Marcius, seorang kaisar yang ambisius, naik tahta kekaisaran di Bezantium. Dia mempunyai ambisi untuk menyatukan gereja dengan kekaisaran. Pada masa pemerintahannya, perselisihan diantara kaum Kristen masih terjadi sebagaimana sebelumnya. Yesus telah ditetapkan sebagai Tuhan, namun berkenaan dengan hakikatnya kalau Yesus Tuhan apakah ia memiliki dua hakikat (insaniah dan ilahiah) atau satu. Pendapat ini dipegang oleh uskup dari Iskandariah. Menurut mereka, Yesus memiliki satu hakikat yang menggabungkan ketuhanan dan kemanusiaan atau berkumpulnya unsure lahut dan nasut. Setelah Tuhan berinkarnasi kepada Yesus yang masing-masing memiliki hakikat, dua hakikat itu, kata mereka, menjadi satu, sehingga semua perbuatan dan pikiran Yesus itu muncul dari satu wujud yang tunggal, yaitu Tuhan dalam kristus. Paham ini kemudian dikenal dengan monophysitisme. Teologi Monophysitisme dilahirkan dari konsili yang dilakukan pada tahun 449 M Konsili ini dikenal dengan sebutan "Konsili (syinode) Penyamun". Dikatakan demikian karena konsili ini berlangsung dibawah tekanan senjata yang dilakukan Discorus dan rahib-rahibnya. Konsili ini menetapkan dengan paksa bahwa Kristus adalah "Monophysit" (mono=satu, physit=tabi'at). Hanya saja, keputusan dari konsili ini mendapat penolakan dari Uskup Roma, Leo I. untuk mengkompromikan keduanya, Kaisar Marcius mengundang Leo I, mengadakan konsili pada tahun 450 M di Chalcedon. Konsili ini dihadiri sekitar 600 uskup. Keputusan dari konsili ini adalah; Kristus bukan bertabi'at satu (sebagaimana diyakini pihak Alexandria) dan bukan bertabi'at dua (sebagaimana diyakini pihak Antichia), melainkan Ia bertabi'at dua dalam satu oknum, kedua tabi'at ini tidak bercampur dan tidak berubah.
Masih banyak lagi sebenarnya pertentangan dan perselisihan di antara kaum Kristen dalam masalah teologinya. Dari tahun ke tahun hampir selalu ada perselisihan. Tidaklah cukup untuk menyebutkannya secara detail di tempat ini. Ada tiga bagian lagi, yang menurut saya sangat penting untuk kita ketahui. Pada tahun 787 M, sekitar 300 uskup berkumpul dalam konsili Nicea II. Konsili ini terjadi pada masa kepemimpinan Ratu Irene. Hasil dari konsili ini adalah mengutuk pendapat yang mengatakan bahwa patung-patung adalah penyembahan terhadap berhala. Konsili ini menetapkan untuk mengagungkan gambar Yesus dan orang-orang suci (Santo) dan meletakkannya di gereja-gereja, bangunan suci, rumah-rumah dan jalan-jalan. Konsili ini juga menolak paham yang mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Angkat Allah.
Begitulah teologi dalam agama Kristen. Dalam Islam memang ada juga perselisihan, namun hanya dalam masalah furu' (cabang), bukan masalah pokok. Memang konsep Tuhan dalam Islam dan Kristen sangat berbeda sekali. Dalam Islam, Allah tidak bisa disamakan dengan sesuatu selain-Nya. Tidak pernah berevolusi dan berinkarnasi sebagaimana dalam Kristen.
============================================
Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains, Jakarta: Bulan Bintang, 2000, Cet. 13, hal. 66
Lihat Matius 16:18-25, 26:31-35, 57-75, Luks 22:56-62, Yahya 18:12-27, Markus 14:26-30, 53-73. perkataan Petrus tersebut juga membuktikan bahwa ketika itu Injil sudah ada. Para sarjana dan peneliti pada umumnya berpendapat bahwa Injil Yesus itu sebenarnya ada jauh sebelum Injil Kanonik. Akan tetapi keberadaannya telah hilang, tidak diketahui dimana lagi sekarang.
Entah mengapa keberadaan Petrus dan Barnabas tidak diketahui. Padahal disbanding dengan Paulus, sosok Petrus dan Barnabas adalah sangat penting, karena mereka berdua adalah murid Yesus. Mereka adalah yang menyaksikan kehidupan, perjuangan dan suka dukanya Yesus. Sedangkan Paulus adalah orang yang tadinya justru menjadi musuh bagi para pengikut Yesus. Dia sangat benci terhadap ajaran Yesus. Dia sering menganiaya, melakukan intimidasi terhadap para pengikut Yesus. Dia tidak pernah menyaksikan Yesus secara langsung kecuali dari kabar orang lain. Persentuhannya dengan sosok Yesus terjadi ketika dalam perjalanan menujui Damsyik yang pada saat itu menjadi pusat penganut agama Yesus. Konon pada saat itu Paulus ditemui oleh sesosok wujud yang dia yakini sebagai Yesus. Singkat cerita, dia kemudian berpindah agama dan bertaubat di hadapan Ananias. (Lihat Galatia 1: 17-18)
Drs. Abujamin Roham, Pembicaraan Sekitar Bibel dan Quran, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, Cet.1, hal. 152
Ibid, hal. 153
Ibid, hal. 155
Ibid, hal. 154
Ibid
Ibid, hal. 156
Ibid, hal. 157
Ibid, hal. 158
Ibid
Waryono Abdul Ghaffur, Op.Cit, hal. 103
Drs. Abujamin Roham, Op.Cit, hal. 159
Waryono Abdul Ghaffur, Loc.Cit.
Drs. Abujamin Roham, Loc.Cit
Waryono Abdul Ghaffur, Loc.Cit
Ibid, hal. 104
Drs. Abujamin Roham, Op.Cit, hal. 160
Waryono Abdul Ghaffur, Op.Cit, hal. 105
Sejarah tentang perselesihan tersebut menjadi titik awal lahirnya syinode (konsili) di kalangan Kristen. Konsili pertama dilakukan di Yerusalem pada tahun 49-50 M. masalah yang dibahas adalah tentang perselisihan tadi yakni khitan. Konon ceritanya, ketika syinode itu berlangsung, dengan mengejutkan Petrus bangun dan berkata : "Hai tuan-tuan dan saudara-saudara, Kamu ketahui bahwa sudah lama Allah memilih aku diantara kamu supaya dengan lidahku orang kafir harus mendengar firman Injil, lalu percaya.
Setelah peristiwa tersebut, tidak lagi diceritakan apa yang terjadi di antara mereka. Bagaimana sikap antara Barnaba, Petrus dan Paulus tidak diceritakan. Yang jelas, dari sumber Alkitab, hanya diceritakan tentang Paulus dan perjalanannya keberbagai daerah dalam rangka penyebaran Kristen sampai pada sejarah kematian Paulus dalam penjara.
Sesudah abad pertama berkahir, pada tahun 115 M, seorang uskup bernama Ignatius, aktif mengumpulkan surat-surat Paulus melalui oknum-oknumnya di Epese. Usaha Iganitus inilah yang nantinya menjadi rintisan jalan perkembangan theology di kalangan Jamaat Kristen. Sebab, atas usaha ini surat-surat Paulus menjadi bagian dari kitab suci orang Kristen. Di dalam surat Pauluslah sebenarnya doktrin Trinitas, Penyaliban dan dosa turunan dikuatkan sebagai pondasi keimanan Kristen.
Sebenarnya sebelum Ignaitus mengumpulkan surat-surat Paulus, sekitar tahun 144 M, terjadi suatu peristiwa yang mengejutkan gereja. Gerakan ini berkatian dengan masalah teologi. adalah Maricon salah seorang penganut Kristen, mempunyai pemahaman dan ajaran yang berbeda dengan Paulus. Maricon mempunyai telogi bahwa ada perbedaan antara Allah dalam PL dan Allah dalam PB. Dalam PL, derajat Allah rendah. Allah yang ingin melakukan kebajikan, kata Maricon, tidak mampu melaksanakannya. Keinginan-Nya untuk memerintah dengan adil, tetapi malah bersifat bengis dank eras. Taurat yang diberikannya kepada manusia terlalu berat dan mustahil untuk dilaksanakan. Makhluk menjadi kurang sempurna, akibat kholik yang kurang sempurna. Perintah ayat Matius 5:38-42 "Mata ganti dengan Mata", Allah mau tidak mau menjadi dhalim dan kurang adil terhadap dunia. Sosok Allah tersebut sangat berbeda, tegas Maricon, dengan Allah dalam PB. Menurut Maricon, Yesus datang dengan khotbahnya di bukit, ternyata tidak berpokok pada pembalasan, melainkan keampunan dan kemurahan. Yesus, kata Maricon, tidak diutus oleh Allah PL, melainkan oleh Allah lain yang asing bagi dunia ini, dan belum dikenal. Allah ini adalah Allah yang benar, Maha Tinggi.
Sekitara tahun 150 M, muncul ajaran corak Gnostik Kristen yang diajarkan oleh Basiledes bersama dengan Valentus. Mereka mengajarkan bahwa Allah Yang Maha Tinggi tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia ini. Dunia ini dijadikan oleh suatu Allah yang rendah, yakni yang disebut "Demiurgus" namanya. Manusia hanya mengandung sebagian kecil dari Roh Allah yang Maha TInggi dalam batinnya.
Selang beberapa tahun kemudian, sekitar 160 M, muncul ajaran baru lagi yang diprakarsai oleh seorang ahli teologi bernama Montanus. Ia dengan orang Nabiahnya, Pricilla dan Maximilia, mencontohkan ritual yang berbeda dengan yang lainnya. Mereka beribadah dengan bertutur dengan lidah, berekstase sampai tak sadarkan diri. Selain itu, Montanus bersama dua Nabiahnya, mewajibkan pada pengikutnya untuk menahan nafsu tubuh melalui puasa, orang janda tidak boleh kawin lagi. Ajaran Mortanus merambat sampai ke Afrika.
Berbagai ajaran yang dibawa oleh para teolog mengalami perkembangan dengan bentuknya sendiri. Pihak gereja merasa khawatir disertai geram melihat fenomena tersebut. Mereka membuat sinode-sinode, bersidang di gereja memutuskan masalah-masalah teologi tadi. Gereja tidak berdiam diri. Setiap gerakan baru ditentang keras. Sayangnya, satu ditentang yang lain muncul lagi.
± 180 M, gereja dikejutkan dengan teologi yang dibawa oleh Celcus. Menurut Celcus, bagaimanapun, Allah yang tak berubah mustahil menyatakan dirinya dalam Yesus kristus. Agama Kristen ini, kata Celcus, berasal dari tipu daya Yesus dengan murid-muridnya.
Sekitar tahun 185-254 muncul ajaran baru lagi yang dicetuskan oleh Origenes, seorang tokoh Kristen dari Alexandria yang mempunyai ajaran berbau filsafat Yunani. Ajaran Oriegenes ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap gereja. Hampir setengah abad ajarannya dipegang oleh gereja. Menurut Origenes, logos (firman) adalah setengah Allah. Antara Anak dan Bapa ada pemisahan, sekalipun antara zat Logos dan zat Bapa terdapat keserupaan. Asal mula tujuan segala yang hidup, tegas Origenes, adalah Allah, Bapa yang abadi. Yang paling mula-mula diciptakan adalah logos, ilahi juga. Tetapi derajatnya kurang dari derajat Allah. Kemudian barulah logos atau Anak yang melahirkan Roh Kudus. Dari Roh Kuduslah berpencarnya segala Roh yang ada (jiwa), tabiat juga ilahi, hanya jauh lebih rendah dan berkehendak bebas dan sebagiannya dipakai untuk menentang TUhan. Jadi hanya satu saja yang tetap setia akan Tuhan. Selaku hukuman, maka segala roh yang jatuh ke dalam dosa itu sekarang dikurung dalam salah satu badan jasmani. Di kalangan Malaikat hanya sebagian kecil saja yang jatuh, dan mereka diberi badan-badan berupa bintang-bintang di langit. Di bawah malaikat-malaikat adalah dunia, sedang di bawah dunia adalah setan-setan yang beada dalam kegelapan. Ajaran Origenes ini kemudian dianggap sesat oleh pihak gereja, karena mengajarkan kebertingkatan Tuhan.
Sekitar tahun 200 M, sosok Clemens yang mumpuni dibidang filsafat Yunani.orang ini banyak mengajarkan filsafat dan menocoba memasukkannya ke dalam ajaran Kristen. Dia banyak bertaktik, menyesuaikan Bibel dengan filsafat Yunani. Tujuannya adalah agar para intelek tertarik dan simpati terhadap agama Kristen. Ajaran yang dibawanya tidaklah jauh dengan Origenes, karena memang Clemens ini adalah gurunya Origenes. Dua ajaran inilah yang nantinya sangat mendominasi serta mempengaruhi agama Kristen. Konsep teologinya dibangun di atas pondasi filsafat yang disatukan dengan Bibel. Sebenarnya, langkah kedua teolog tersebut jauh sebelumnya telah dilakukan oleh Paulus. Kita tidak boleh lupa, bahwa Paulus adalah orang yang sangat berutang terhadap orang-orang Yunani. Dia menguasai betul filsafat Yunani.
± 318 M, timbul lagi gerakan Teologi dibawah pimpinan Arius. Dia membawa paham; Yesus tidak mungkin dapat disebut setengah Allah. Sebab, kepercayaan akan satu Allah saja telah menyebabkan Yesus itu betul-betul bukan Allah, yakni makhluk saja. Logos atau Anak, adalah makhluk Tuhan yang sulung, tertinggi derajatnya. Ia bukan apa-apa kecuali dijadikan. Logos telah datang ke bumi selaku pengajar dan teladan untuk semua makhluk lain, dan dengan real hati, kata Arius, Yesus khidmat kepada Allah dan diberi kehormatan ilahi.
Teologi Kristen mulai mendapat angina segar sekitar tahun 312 M. Tatkala itu kaisar Konstantin merebut tahta kerajaan Romawi Barat setelah mengalahkan Maxentius. Kebetulan juga saat itu, di sebelah TImur kekuasaan dipegang oleh Licinus, adik ipar konstantin. Kedua raja itu sama-sama mempunyai kebijakan yang menguntungkan gereja. Bahkan segala milik gereja yang telah dirampas oleh kerajaan, harus dikembalikan atau dibayar. Kedudukan gereja menjadi lebih baik, sesudah Konstantin mengalahkan Licinus tahun 324, di mana segenap kekuasaan berada di tangan Konstantin. Konstantin kemudian dibaptis pada tahun 337 M. pada masa pemerintahan Konstantin, gereja mencapai beberapa terobosan. Tahun 325 M, diadakan konsili Nicea (Asia Kecil) atas prakarsa Konstantin sendiri. Hasil dari konsili ini adalah rumusan tentang Yesus yang terutang dalam sahadah
"Aku percaya akan Yesus kristusm Anak TUnggal Allah, yang diperanakan oleh Bapa lebih dulu daripada segala zaman, Allah keluar dari Allah…Allah yang benar yang keluar dari Allah yang benar, yang diperanakan bukan dijadikan, sezat dengan Bapa…akan dia yang telah turun dari surga karena kita manusia dan karena keselamatan kita..
Melalui konsili ini Yesus diresmikan sebagai Tuhan. Konsili ini juga menghasilkan penetapan waktu paskah, aturan-aturan Imamat dan menyejajarkan keberadaan gereja dengan kekaisaran.
Tiga tahun setelah konsili Nicea, tepatnya pada tahun 328, Athanasius naik tahta menggantikan Alexander selaku uskup Alexandria. Orang ini mempunyai ajaran teologi bahwa Anak (Yesus) bukan makhluk dan bukan setengah Allah atau Allah yang kedua, melainkan suatu zat dengan Bapa dalam segala-galanya. Logos (firman) itu satu hakikat dengan Allah; sungguhpun logos dan Allah harus dibedakan, tetapi pada hakikatnya mereka satu; ketika Anak itu masuk ke dunia, kata Athanasius, Allah sendiri datang menyelamatkan manusia. Teologi Athanasius memang dicetuskan untuk melawan teologi Arius. Ketika kekuasaan di tangan Athanasius, kesempatan untuk menguatkan teologinya terbuka lebar. Sementara teologi Arius, yang dari semula menentang ketuhanan Yesus, semakin mendapat tekanan. Dengan kekuasaan yang dipegangnya, Athanasius konsep trinitas semakin kokoh.
Meskipun hasil dari konsili telah ditetapkan dan menjadi kesepakatan di sebagian kalangan Kristen pada saat itu, bukan berarti penyimpangan-penyimpangan dalam teologi tidak pernah terjadi lagi. Baik penyimpangan atau pengukuhan teologi sebelumnya masih terus terjadi. Pada tahun 354-430 M, Augustinus mencetuskan teologinya. Teologi Augustinus berakar pada ajaran platonisme yang dicampuri dengan ajaran yang terdapat di Mazmur dan ditambahi dengan surat-surat Paulus. Konon masa muda Augustinus dihiasi dengan pemahaman Maniehisme, yakni semacam Gnostik Parsi yang asketis dan dualistis. Ajaran ini merupakan campuran dari berbagai pikiran kafir.
Selang beberapa tahun kemudian, pada tahun 360, Gereja kembali dikejutkan dengan teologi baru. Adalah Apollinaris, seorang Kristen dari Laodikea, tampil berani menentang ketuhanan Roh Kudus. Tidak hanya itu, Apolinaris juga menentang semua keputusan Konsili Nicea. Teologi Apolinaris dikenal juga dengan istilah Macedonisme. Ajarannya berkembang kurang lebih selama 20 tahun. Untuk mengatasi teologi Apolinaris, gereja kemudian menggelar konisli lagi. Kali ini, konisli diadakan di Konstatinopel (disebut konsili Konstatinopel I) pada bulan Mei-Juli 381 M, atas prakarsa Kaisar Theodosius I. sekitar 150 Uskup hadir dalam acara tersebut. Hasil dari konsili ini adalah mengutuk dan menolak Arianisme dan Macedonisme. Konsili ini juga berhasil melengkapi sahadat Nicea dengan menetapkan kembali ketuhanan Ruh Kudus sebagai sesuatu yang sezat dan sehakikat dengan Tuhan. Doktiri ini mendapat formulasi dari Augustinus.
Satu masalah telah selesai, bukan berarti masalah lain tidak muncul. Begitulah sejarah agama Kristen. Masalah akidah diformulasikan terus menerus dalam waktu yang lama. Pada tahun 410 M, Plagius, rahib dari Britania yang pernah tinggal di Roma dan kemudian pindah ke Afrika, membawa ajaran baru yang menyalahi kepercayaan Kristen saat itu. Menurut Plagius, dosa Adam tidak menghilangkan kehendak bebas dari manusia. tiap-tiap manusia lahir dalam keadaan suci, tidak bercacat. Dosa dalam diri manusia, kata Plagius, bukanlah tabi'at, tetapi kehendak manusia. keselamatan yang kekal hanya diperoleh manusia selaku ganjaran atas perbuatan amal baiknya sendiri. Teologi Plagius ini mengguncangkan pondasi keimanan Kristen yang menyatakan bahwa dosa manusia adalah dosa turunan dari Adam.
Belum lagi menghadapi teologi baru dari Plagius, gereja dikejutkan kembali dengan kemunculan Nestorius (428 M) seorang patriarch dari Konstatinopel. Gugatan Nestorius mendasar sekali. Dia menolak keilahian Yesus. Nestorius merasa keberatan dengan gelar "Bunda Tuhan" terhadap Maria. Bagi Nestroius, Maria adalah manusia. Yesus lahir dari Maria. Karena Maria adalah manusia maka Yesus pun Manusia. begitulah kira-kira logika sederhananya. Teologi Nestorius mendapat perlawanan dari Cyrillus seorang Patriarch dari Alexandria. Bagi Cyirllus, Yesus kristus memang memiliki unsure insaniah. Namun, unsure ilahiahnya, katanya, lebih berat. Karena unsure ilahiahnya lebih berat, lebih dominant, maka unsure manusia yang ada dalam diri Yesus telah lenyap.
Menghadapi kedua perselisihan tadi, gereja kembali mengadakan Konsili. Kali ini diadakan di Efesus (disebut Konsili Efesus) pada tahun 431 M. konsili ini dihadiri sekitar 150-200 usukup dengan dukungan usukup Roma. Nestorius kalah dan ajarannyapun ditolak dan dianggap sesat. Konsili ini juga menetapkan bahwa Maryam adalah Theotokos (Mother of God/ Ibu Tuhan).
Satu tahun kemudian, 450 M, Marcius, seorang kaisar yang ambisius, naik tahta kekaisaran di Bezantium. Dia mempunyai ambisi untuk menyatukan gereja dengan kekaisaran. Pada masa pemerintahannya, perselisihan diantara kaum Kristen masih terjadi sebagaimana sebelumnya. Yesus telah ditetapkan sebagai Tuhan, namun berkenaan dengan hakikatnya kalau Yesus Tuhan apakah ia memiliki dua hakikat (insaniah dan ilahiah) atau satu. Pendapat ini dipegang oleh uskup dari Iskandariah. Menurut mereka, Yesus memiliki satu hakikat yang menggabungkan ketuhanan dan kemanusiaan atau berkumpulnya unsure lahut dan nasut. Setelah Tuhan berinkarnasi kepada Yesus yang masing-masing memiliki hakikat, dua hakikat itu, kata mereka, menjadi satu, sehingga semua perbuatan dan pikiran Yesus itu muncul dari satu wujud yang tunggal, yaitu Tuhan dalam kristus. Paham ini kemudian dikenal dengan monophysitisme. Teologi Monophysitisme dilahirkan dari konsili yang dilakukan pada tahun 449 M Konsili ini dikenal dengan sebutan "Konsili (syinode) Penyamun". Dikatakan demikian karena konsili ini berlangsung dibawah tekanan senjata yang dilakukan Discorus dan rahib-rahibnya. Konsili ini menetapkan dengan paksa bahwa Kristus adalah "Monophysit" (mono=satu, physit=tabi'at). Hanya saja, keputusan dari konsili ini mendapat penolakan dari Uskup Roma, Leo I. untuk mengkompromikan keduanya, Kaisar Marcius mengundang Leo I, mengadakan konsili pada tahun 450 M di Chalcedon. Konsili ini dihadiri sekitar 600 uskup. Keputusan dari konsili ini adalah; Kristus bukan bertabi'at satu (sebagaimana diyakini pihak Alexandria) dan bukan bertabi'at dua (sebagaimana diyakini pihak Antichia), melainkan Ia bertabi'at dua dalam satu oknum, kedua tabi'at ini tidak bercampur dan tidak berubah.
Masih banyak lagi sebenarnya pertentangan dan perselisihan di antara kaum Kristen dalam masalah teologinya. Dari tahun ke tahun hampir selalu ada perselisihan. Tidaklah cukup untuk menyebutkannya secara detail di tempat ini. Ada tiga bagian lagi, yang menurut saya sangat penting untuk kita ketahui. Pada tahun 787 M, sekitar 300 uskup berkumpul dalam konsili Nicea II. Konsili ini terjadi pada masa kepemimpinan Ratu Irene. Hasil dari konsili ini adalah mengutuk pendapat yang mengatakan bahwa patung-patung adalah penyembahan terhadap berhala. Konsili ini menetapkan untuk mengagungkan gambar Yesus dan orang-orang suci (Santo) dan meletakkannya di gereja-gereja, bangunan suci, rumah-rumah dan jalan-jalan. Konsili ini juga menolak paham yang mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Angkat Allah.
Begitulah teologi dalam agama Kristen. Dalam Islam memang ada juga perselisihan, namun hanya dalam masalah furu' (cabang), bukan masalah pokok. Memang konsep Tuhan dalam Islam dan Kristen sangat berbeda sekali. Dalam Islam, Allah tidak bisa disamakan dengan sesuatu selain-Nya. Tidak pernah berevolusi dan berinkarnasi sebagaimana dalam Kristen.
============================================
Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains, Jakarta: Bulan Bintang, 2000, Cet. 13, hal. 66
Lihat Matius 16:18-25, 26:31-35, 57-75, Luks 22:56-62, Yahya 18:12-27, Markus 14:26-30, 53-73. perkataan Petrus tersebut juga membuktikan bahwa ketika itu Injil sudah ada. Para sarjana dan peneliti pada umumnya berpendapat bahwa Injil Yesus itu sebenarnya ada jauh sebelum Injil Kanonik. Akan tetapi keberadaannya telah hilang, tidak diketahui dimana lagi sekarang.
Entah mengapa keberadaan Petrus dan Barnabas tidak diketahui. Padahal disbanding dengan Paulus, sosok Petrus dan Barnabas adalah sangat penting, karena mereka berdua adalah murid Yesus. Mereka adalah yang menyaksikan kehidupan, perjuangan dan suka dukanya Yesus. Sedangkan Paulus adalah orang yang tadinya justru menjadi musuh bagi para pengikut Yesus. Dia sangat benci terhadap ajaran Yesus. Dia sering menganiaya, melakukan intimidasi terhadap para pengikut Yesus. Dia tidak pernah menyaksikan Yesus secara langsung kecuali dari kabar orang lain. Persentuhannya dengan sosok Yesus terjadi ketika dalam perjalanan menujui Damsyik yang pada saat itu menjadi pusat penganut agama Yesus. Konon pada saat itu Paulus ditemui oleh sesosok wujud yang dia yakini sebagai Yesus. Singkat cerita, dia kemudian berpindah agama dan bertaubat di hadapan Ananias. (Lihat Galatia 1: 17-18)
Drs. Abujamin Roham, Pembicaraan Sekitar Bibel dan Quran, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, Cet.1, hal. 152
Ibid, hal. 153
Ibid, hal. 155
Ibid, hal. 154
Ibid
Ibid, hal. 156
Ibid, hal. 157
Ibid, hal. 158
Ibid
Waryono Abdul Ghaffur, Op.Cit, hal. 103
Drs. Abujamin Roham, Op.Cit, hal. 159
Waryono Abdul Ghaffur, Loc.Cit.
Drs. Abujamin Roham, Loc.Cit
Waryono Abdul Ghaffur, Loc.Cit
Ibid, hal. 104
Drs. Abujamin Roham, Op.Cit, hal. 160
Waryono Abdul Ghaffur, Op.Cit, hal. 105
Yang membuat saya bertanya-tanya mengapa ada isu Injil ada yang hilang? Dokumen apa yang pernah menyebutkan Injil yang asli hilang?
BalasHapusFakta sejarahnya; setelah Injil disalin berulang-ulang, dari masa ke masa, ternyata manuskrip injil yang paling tua ayat-ayatnya lebih sedikit dari pada salinannya.
HapusNambah pengetahuan... :f :f :f:f :f:f :f :D :D :D
BalasHapussejarah yang kelam :f:f:f:f:f
BalasHapustentang injil yang hilang bisa dibaca panjang lebar di buku misteri yesus dalam sejarah.. karya dr. attaurahim hasil penelitian beliau selama 30 tahun..
BalasHapusNah ini artikel yang saya cari. Obyektif dari sisi sejarah
BalasHapusPosting Komentar