“Untuk menghadapi permasalah tersebut, psikiater diharapkan, memiliki pengetahuan agama agar dapat membedakan keyakinan agama seseorang yang benar dengan keyakinan agama yang patalogis. Dengan pemahaman terhadap dinamika psikoreligius pasien, diharapkan pula psikiater dapat mengobati psikopatologi keyakinan pasien ke jalan yang benar.”
Demikian dikatakan Prof. Dadang kepada Voa-Islam usai mengisi kajian Majelis Taqarub Ilallah di Masjid Baiturrahman di Jl. Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Prof Dadang mencatat, The American Psychiatric Association (APA) Committee On Religion and Psychiatry, pernah mengadakan penelitian mengenai aliran sesat keagamaan. APA Committee On Religion and Psychiatry telah bekerja selama tiga tahun meneliti gerakan pemujaan/ kultus individu dalam 20 tahun terakhir. Tidak kurang, dari 20 juta warga Amerika Serikat terlibat dalam dalam aliran sesat yang bercorak spiritual itu. Permasalahan psikososial religius ini mencapai klimaksnya secara nasional dalam tahun 1980-an.
Aliran yang dikenal dengan nama New Religion Movement (NRM) itu menebar ajaran-ajaran yang menyimpang dari mainstream atau standar baku agama induknya. Kalangan agamawan menyebutkan NRM sebagai agama sesat atau agama setan.
Gerakan Pemujaan atau NRM ini telah menimbulkan reaksi masyarakat berupa kecemasan dan ketakutan social serta protes terhadap gerakan pemujaan tersebut. Saking berbahayanya, NRM disebut-sebut FBI sebagai gerakan subversif.
Salah satu hasil dari penelitian tadi menyebutkan, NRM adalah gerakan spiritual (pseudo agama) yang ada pada para pemimpin dan pengikutnya terdapat kelainan kejiwaan (psikopatologi) dalam pemahaman dan pengamalan keyakinannya itu.
Seperti diketahui, pada awal 1970, masyarakat Amerika merasakan kebutuhan spiritual dan kerohanian dalam kehidupannya. Sejak saat itu mulai bermunculan aliran spiritual atau pseudo agama yang cukup laris merasuk masyarakat Amerika. Munculnya NRM dikarenakan ketidakpuasan masyarakat terhadap agama yang sudah ada serta ketidakpuasan mereka pada tatanan social yang berlaku.
Aliran Sesat di Indonesia
Di Indonesia, lanjut Dadang, juga terdapat banyak aliran sesat yang muncul silih berganti. Meskipun belum ada penelitian dari profesi Ilmu Kedokteran Jiwa terhadap aliran sesat, namun diperoleh kesan adanya psikopatologi dari pimpinan aliran sesat tersebut. Misalnya, pengakuan bahwa dirinya seorang Nabi, orang suci. Orang yang mendapatkan wahyu, orang yang diutus Tuhan, Imam Mahdi dan sebagainya.
Dikatakan Dadang, terdapat kelainan jiwa, salah satunya ditandai dengan adanya waham kebesaran dan keagamaan. Waham atau delusi adalah keyakinan yang tidak benar. Meskipun terdapat bukti-bukti tentang ketidakbenaran tersebut, yang bersangkutan tetap meyakininya.
“Suatu aliran dikatakan sesat, apabila aliran itu menyimpang dari maenstrem agama induknya. Misalnya saja, ayat-ayat Al Qur’an ditafsirkan semaunya, tidak percaya pada hadits, mengkafirkan sesama muslim dan seterusnya ,” kata Dadang.
Pemimpin aliran sesat pandai memutar-balikkan ayat-ayat dengan logika palsu (pseudo-logika) dalam rangka meyakinkan para pengikutnya. Para pengikutnya adalah mereka yang sedang mengalami “kekosongan spiritual”, tidak faham tentang pokok-pokok ajaran Islam. Tetapi ada juga tokoh-tokoih intelektual Islam yang terpengaruh ajaran sesat. Benar mereka intelektual Islam, tetapi kurang memahami keislamannya.
Sambil menunjukkan buku yang ditulisnya “Aliran Sesat Ditinjau dari Kesehatan Jiwa dan Agama” (Diterbitkan Badan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). Dadang menyebut beberapa aliran sesat di Indonesia, diantaranya: Aliran Inkar Sunnah, Isa Bugis, Darul Arqam, Lembaga Kerasulan, NII-Ma’had Al Zaytun, LDII, Lia Aminuddin, Millah Ibrahim, dan Syiah yang suka mencela sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar dan Utsman. Desastian
Share
Posting Komentar