Salah Kaprah soal Wahabi: Ketika Istilah Wahabi Menjadi Stigmatisasi

Histori (voa-islam) - Ingin tahu, apa itu Wahabi? Istilah Wahabi merujuk kepada paham atau ajaran dakwah yang dipelopori oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi An-Najdi (selanjutnya disingkat Syaikh Muhammad). Namun istilah Wahabi itu bukanlah istilah yang dianut atau dipakai oleh para pengikut Syaikh Muhammad.
Istilah Wahabi berasal dari kalangan muslim atau non muslim yang rata-rata membenci dakwah Syaikh Muhammad. Minimal bersikap sinis. Penggunaan istilah Wahabi pada awalnya ditujukan untuk stigmatisasi (membuat citra buruk).
Adapun istilah yang resmi diakui di kalangan pengikut dakwah Syaikh Muhammad ialah Ahlu Sunah, Salafiyah, atau Salafi (Salafiyun). Tapi ada pula yang tidak menyandarkan pada istilah tertentu.
Dalam perjalanan waktu, istilah Wahabi menjadi popular, khususnya di mata kalangan non-Wahabi. Karena begitu populernya, sehingga para pendukung Syaikh Muhammad pun memakai istilah itu juga. Misalnya ada perkataan, “Ana Wahabi!” atau “Nahnu Wahabi!” Istilah Wahabi pada mulanya bernada melecehkan, tetapi kemudian malah dibanggakan.
Dalam buku "Bersikap Adil Kepada Wahabi", penulisnya (AM WAskito) mendefinisikan Wahabi sebagai: Ajaran, paham, atau gerakan dakwah yang dirintis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab pada abad ke-18. Beliau perjuangkan bersama pengikutnya di wilayah Najd, yang kemudian pengaruhnya meluas ke wilayah Kerajaan Saudi dan wilayah luar Saudi.
Sedangkan kaum Wahabi didefinisikan sebagai: “Setiap orang diantara kaum muslimin yang sepakat, mengikuti dan mendukung gerakan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan para ulama yang meneruskan dakwah beliau.”
Dakwah Syaikh Muhammad tidak hanya berhenti setelah beliau wafat, tetapi kemudian diteruskan oleh ulama-ulama selanjutnya. Maka otomatis sebutan dakwah Wahabi tetap eksis dan berkembang sampai saat ini.
Karena dakwah Wahabi bersifat terbuka, bukan berbentuk badan atau organisasi resmi, maka keterikatan seseorang padanya lebih longgar atau dengan katalain s. tidak memiliki kartu anggota resmi. Seperti  halnya Jamaah Tabligh di India atau gerakan Sanusi di Maghribi.
Harus disadari dengan baik, bahwa hakekat gerakan Syaikh Muhammad adalah gerakan dakwah juga. Sama seperti gerakan Ikhwanul Muslimin, Ansharus Sunnah Muhammadiyah, Hizbut Tahrir, Jamaat Islami, gerakan Sanusi di Afrika Barat, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad dan lain-lain.
Dakwah Syaikh Muhammad kerap dikritik, karena pengikutnya sering mudah menuduh orang lain syirik, bid’ah atau sesat. Hal itu membuat banyak orang marah dan sesak dada, lalu timbul kebencian. Bisa jadi para pengikut dakwah itu belum paham tentang kaidah dakwah yang benar. Atau mereka sedang semangat-semangatnya berdakwah, sehingga lepas kendali. Atau mereka memang telah terjerumus sikap ekstrem yang tidak sesuai koridor syariat.
Di sini dakwah Syaikh Muhammad menampakkan cirinya yang khas. Sejak muncul pada abad 18 sampai abad 21 ini, dakwah tersebut bersikap terus terang, tegas dalam memegang prinsip, dan tidak komporomi terhadap penyimpangan. Karakter ini menimbulkan konflik internal maupun eksternal, tetapi juga mampu mengubah keadaan masyarakat, bahkan tatanan politik. Buktinya, di Saudi, Afghanistan dibawah Taliban, di Aljazair ketika kekuatan FIS mendominasi, di Yaman, Pakistan serta Sudan. Di negara-negara ini, dakwah Syaikh Muhammad memiliki pengaruh nyata.
Dakwah Syaikh Muhammad terinspirasi oleh kondisi masyarakat Muslim di Najd yang rusak secara akidah, syariat, dan akhlak. Ketika itu keamanan tidak terpelihara, kejahatan, pembegalan, dan bandit berkeliaran di padang pasir, terutama saat malam hari.Kebobrokan moral dan kemusyrikan luas melanda. Kondisi itu mendorong beliau untuk melakukan perbaikan. Sebagai penganut madzhab Hanbali, syaik Muhammad mengadopsi tajdid Ibnu Taimiyah.
Ketika berdakwah Syaikh Muhammad menghadapi penentangan, kebencian dan permusuhan, maka beliau melengkapi dakwahnya dengan Jihad dan Siyasah. Alhasil dakwahnya tetap eksis dan berkembang dan memiliki fondasai kuat di Saudi.
Gerakan Politik & Dakwah
Banyak orang ketika bicara tentang gerakan dakwah Wahabi, sering salah kaprah. Mereka tidak membedakan antara gerakan Wahabi sebagai gerakan dakwah yang dirintis oleh Syaikh Muhammad dan murid-muridnya; dengan gerakan politik keluarga Ibnu Saud yang dirintis oleh Syaikh Muhammad bin Saud, pendiri Kerajaan Saudi. Padahal kedua gerakan ini, dakwah dan politik, memiliki posisi masing-masing. Kadang, keduanya saling sinergi, kadang berjalan sendiri, kadang saling berbenturan.
Pada awal bangkitnya Kerajaan Saudi periode pertama, terjadi sinergi antara Syaikh Muhammad dengan Ibnu Saud. Syaikh Muhammad membutuhkan Ibnu Saud untuk membela dakwahnya. Sedangkan IBnu Saud membutuhkan dakwah Syaikh Muhammad untuk meraih kekuasaan di Jazirah Arabia. Keduanya saling sinergi, dengan izin Allah kemudian bangkit Kerajaan Arab Saudi periode pertama (1727-1817) selama 90 tahun.
Setelah berhasil mendirikan Kerajaan Saudi, ada kesepakatan antara Syaikh Muhammad dan Raja Ibnu Saud. Syaikh Muhammad, keluarga, dan murid-muridnya konsentrasi mengurus urusan keislaman, sedangkan Raja Ibnu Saud mengurus urusan negara, politik, dan kerajaan. Kesepakatan ini berlaku hingga saat ini
Gerakan dakwah yang awalnya berpusat di Najd, lalu menyebar ke seluruh Saudi, menyebar ke Jazirah Arab, bahkan kemudian ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia dan negeri-negeri Muslim lain. (Desastian/disadur dari buku Bersikap Adil Kepada Wahabi)

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama