Talmud, Kitab Problematis Pedoman Zionis


Oleh: Kholili Hasib
Kelompok Judeo-Christian belakangan disebut-sebut adalah komunitas yang akan menyelenggarakan hari kemerdekaan Israil di Jakarta. Ridwan Saidi, menyebut kelompok ini dengan Ziokindo (Zionis Kristen Indonesia). Memang, Judeo-Christian disebut peneliti sebagai komunitas Kristen yang pro Zionisme.
Kelompok Zionis dalam melakukan proyeknya tidak mengamalkan Taurat atau Perjanjian Lama. Mereka lebih mengutamakan kitab Talmud, sebagai asas gerakan. Namun kitab yang asal-usulnya masih misteri ini berisi doktrin-doktrin rasialis, bahkan terhadap Kristen pun.
Menurut laporan Muhammad Khalifah al-Tunisi, penerjemah Protocols of Learned Elders of Zion, ajaran Zionisme terbentuk oleh doktrin-doktrin kitab Talmud. Mereka melakukan propaganda memecah bangsa dan agama di dunia, demi memuluskan agendanya. Propagandanya membuat ajaran-ajaran baru dari agama-agama, untuk memuluskan tujuan besarnya.
Salah satu makar terhadap agama Kristen adalah dibentuknya aliran Judeo-Christian, yang belakangan diberitakan akan mengadakan peringatan hari kemerdekaan Israel pada 14 Mei di Jakarta. Kelompok ini adalah kumpulan orang-orang Kristen yang meyakini bahwa Zionisme merupakan hal yang harus didukung.
Sesungguhnya, kelompok Judeo-Christian tidak lebih dari Yahudi pro Zionis. Mereka sama-sama ingin menjadikan bangsa Yahudi sebagai penguasa tunggal di dunia. Yahudi memanfaatkan Kristen untuk menunaikan doktrin-doktrin dari kitab Talmud.
Kitab Talmud sendiri merupakan undang-undang lisan dari Nabi Musa untuk agama Yahudi. Kitab ini berfungsi menafsirkan semua pengetahuan, ajaran, undang-udang kehidupan, moral dan budaya bangsa Israil. Kitab ini dinisbatkan kepada ajaran-ajaran lisan Nabi Musa yang pertama kali di gunung Sinai.
Sedangkan wahyu dari Tuhan yang ditulis, yang kemudian berfungsi sebagai undang-undang tertulis adalah kitab Taurat atau Perjanjian Lama dalam istilah Kristen.
Meskipun dinisbatkan kepada Nabi Musa, akan tetapi isinya yang kontroversial mengundang tanda tanya.
Rabbi Yahudi kontemporer meragukan validitas Talmud bahwa ia dari Nabi Musa. Rabbi Roski tegas mengakui, kitab tersebut hanya rekaan yang dibuat oleh petinggi-petinggi Yahudi.
Proses transmisi dari mulut ke mulut hingga proses penulisan membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahkan sampai beberapa abad, baru ditulis.
Muhammad al-Syarqawi, seorang pakar perbandingan agama dan peneliti Zionisme, menyebut beberapa pernyataan-pernyataan petinggi Yahudi yang lebih mengutamakan Talmud dari pada Taurat.
Di antaranya, dilaporkan oleh al-Syarqawi bahwa pada tahun 1500 seorang Rabbi menulis: “Barangsiapa yang hanya mempelajari Taurat tanpa mempelajari Mishnah (Talmud), maka sungguh ia tidak bertuhan”.
Di dalam tradisi Yahudi – terutama kelompok Zionis –, ternyata bukan Perjanjian Lama (The Old Testament), yang menjadi pedoman utama. August Rohling dalam Die Polemik und das Manschenopher des Rabbinus mengatakan, Yahudi lebih mensakralkan Talmud daripada Taurat (Kitab Isra’il al-Aswad, Muhammad al-Syarqawi).
Seorang Rabbi Yahudi bernama Rabbi Roski menganjurkan untuk menjadikan Talmud pedoman utama dari pada Taurat. Ia mengatakan: “Jadikanlah perhatianmu kepada ucapan-ucapan para Rabbi (Talmud) melebihi perhatianmu kepada syariat Musa (Taurat)”.
Jadi Yahudi Zionis telah menyimpang dari ajaran Taurat. Bahkan kitab Taurat dibuat nomor dua karena ternyata doktrin Taurat kuat untuk mendukung proyek Zionisme.
Yahudi Zionis lebih mengutamakan Talmud daripada Taurat karena alasan-asalan politis dan rasialis. Kitab ini mendorong perjuangan Zionis untuk merebut Palestina dan doktrin-doktrinnya menjamin eksistensi bangsa Yahudi.
Mengutip Dr A Fabian, Dr. Muhammad al-Syarqawi menulis  bahwa Talmud telah memberikan kontribusi dan kekuatan yang sangat besar dalam menjaga agama dan kebangsaan Yahudi. Yahudi tetap eksis selama Talmud eksis dalam kehidupan Yahudi.
Sampai saat ini, ritual-ritual keagamaan, shalat, liturgy dan peraturan pernikahan semuanya dilaksanakan dengan pedoman langsung dari Talmud.
Seorang cendekiawan Yahudi, Levy Abu ‘Asal mengatakan bahwa ajaran-ajaran mendetail Zionisme diambil dari Talmud, dan sebagian dari Perjanjian Lama. Perintah-perintah untuk merebut Palestina, memusnahkan agama dan bangsa lain secara detil katanya ada di kitab itu. Makanya, kitab tersebut konon rahasia. Tidak mudah untuk orang non-Yahudi mendapatkannya.
Jadi Talmud sudah menjadi way of life-nya Zionis. Talmud berisi ajaran-ajaran aneh dan doktrin-doktrin yang rasis.
Misalnya Talmud menyebut orang Kristen dengan sebutan-sebutan merendahkan seperti Abhodah Zarahi (agama aneh), Obhde Elilim (penipu paganis), Edom (orang yang mengimani lambang salib), Goim (nama untuk menyebut kaum non-Yahudi dan kaum paganis), Nokhrim (orang asing), Amme Harets (orang-orang dungu), Basar Vedam (daging dan darah – maksudnya orang Kristen yang tidak beriman kepada Roh), Apikorosim (orang yang tidak mentaati perintah-perintah Tuhan). Kitab Injil milik orang Kristen disebut dengan Aven Gilaion (Kitab-Kitab Jahat).
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan, mengapa orang-orang Kristen banyak yang mendukung Israil, padahal mereka dibenci oleh kitab suci Zionis?
Ada beberapa faktor. Di antaranya, mereka konon memiliki misi yang sama. Yaitu menunggu al-Masih. Al-Masih dalam Kristen akan menjadi juru selamat kelak. Dalam Yahudi al-Masih akan membantu dalam Armageddon dan merebut al-Aqsa.
Selain itu, ternyata orang Kristen mulai dipengaruhi Yahudi. Bahkan pengaruh dan makarnya telah lama dioperasikan. Paulus, yang berbangsa Yahudi, konon juga memiliki misi khusus untuk bangsa Israil dalam merubah doktrin-doktrin Kristen awal.
Di kalangan Yahudi diaspora, Paulus atau Saul dikenal sebagai misionaris Kristen Yahudi, atau Judeo-Christian. Ia menyebarkan kepercayaan Kristen ke dalam kalang orang-orang non-Yahudi.
Meskipun Paulus mengganti hukum nabi Musa dan memisahkan diri dari akar keyahudiannya serta mendirikan sekte sendiri bernama Kristen, akan tetapi di balik itu memiliki tujuan khusus. Yang pertama menghilangkan ajaran-ajaran murni Nabi Isa. Dan kedua menggiring kepada ajaran-ajaran paganis. Sedangkan ritual paganisme merupakan ritual kuno kaum Kabbalis. Kaum Kabbalis sendiri berpedoman kepada Talmud, bukan ajaran Nabi Musa. Semuanya bertujuan sama, yaitu mendirikan kerajaan Israil di Palestina. []
*) Penulis adalah Mahasiswa S-2 Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor Ponorogo.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama