Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Muhammad SAW berbagai macam ilmu di dalam Al-Qur’an dan hadits. Semua ajaran itu menjamin kebaikan manusia, baik secara akal, fisik, maupun jiwa. Salah satunya adalah mengenai kesehatan. Rasulullah SAW mengamalkan ajaran-ajaran yang berkaitan dengan masalah kesehatan secara kontinyu.
Dalam haditsnya, Rasulullah menekankan pentingnya kesehatan bagi manusia. Beliau bersabda, “Mintalah kesehatan kepada Allah karena tidak ada pemberian yang lebih baik bagi seseorang setelah keimanan daripada kesehatan.” (HR. An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Hakim)
Suatu hari, seorang Arab Baduy bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apa yang sebaiknya saya mohonkan kepada Allah setelah selesai mengerjakan shalat?” Beliau menjawab, “Mintalah kesehatan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
Begitu pentingnya persoalan kesehatan, tak sedikit para sahabat dan shahabiyah yang mendedikasikan diri menjadi tabib atau tabibah untuk membantu memelihara kesehatan orang-orang ketika itu. Begitu banyak para tabib yang sangat masyhur pada masa permulaan Islam. Pun demikian, tak sedikit pula para tabib dari kalangan wanita yang menguasai masalah kesehatan, salah satunya adalah Asy-Syifa binti Abdullah.
…Begitu banyak para tabib dari kalangan shahabat yang masyhur pada masa permulaan Islam, salah satunya adalah Asy-Syifa binti Abdullah…
Wanita bernama lengkap Asy-Syifa binti Abdullah bin Abdu Syams Al-Qurasyiyah Al-Adawiyah ini dikenal sebagai salah satu sahabiyah yang memiliki kecerdasan dan keterampilan dalam bidang kedokteran, khususnya dalam hal kejiwaan. Dia terkenal dengan pengobatan ruqyahnya.
Kedudukan dan Keutamaannya
Shahabiyah yang dijuluki dengan Ummu Sulaiman dan istri dari Abu Hutsmah bin Khudzaifah bin Ghanim Al-Qurasyi Al-Adawi ini memiliki kedudukan terhormat di kalangan para shahabiyah lainnya. Ini mengingat, ibunda dari Sulaiman bin Abu Hutsmah ini memiliki kedudukan khusus di sisi Rasulullah, dikarenakan keimanannya yang kokoh kepada Allah dan Rasul-Nya.
Asy-Syifa masuk Islam sejak sebelum hijrah. Dia termasuk salah seorang wanita yang bergabung dalam rombongan hijrah pertama, dan telah berbaiat kepada Rasulullah. Bahkan Rasulullah sering mengunjunginya dan istirahat siang di rumahnya.
Mengetahui bahwa Rasulullah kerap singgah di rumahnya, Asy-Syifa pun menyediakan kasur dan sarung khusus untuk tidur beliau. Wajar jika kemudian Asy-Syifa pun memiliki kedudukan yang tinggi di sisi para istri Nabi Muhammad. Dia juga sering berkunjung ke rumah Ummul Mukminin Hafshah untuk mengajarinya baca-tulis.
Bahkan Rasulullah juga menyuruh Asy-Syifa untuk mengajari Hafshah cara meruqyah penyakit eksim. Sebagaimana di-takhrij oleh Abu Dawud dengan sanad dari Asy-Syifa, bahwasanya dia berkata, “Rasulullah datang kepadaku ketika aku berada di rumah Hafshah. Beliau lalu bersabda kepadaku, “Tidakkah engkau mengajari dia (Hafshah) cara meruqyah eksim sebagaimana engkau mengajarinya baca-tulis?”
...Karenan pengetahuannya yang mumpuni dalam bidang kesehatan dan kedokteran, Asy-Syifa pun cukup dihormati Rasulullah…
Dikarenakan pengetahuannya yang mumpuni dalam bidang kesehatan dan kedokteran, Asy-Syifa pun cukup dihormati Rasulullah yang selalu menyambung tali silaturahmi dengannya. Rasul bahkan memperkenankan Asy-Syifa untuk menempati sebuah rumah di Madinah. Dia tinggal di rumah tersebut bersama putranya, Sulaiman bin Abu Hatsmah.
Izin Meruqyah dari Rasulullah
Dikarenakan kelebihannya dalam bidang kedokteran, Asy-Syifa menjadi salah seorang wanita masyhur di antara wanita kaumnya. Dengan kemampuannya, dia tampil sebagai salah seorang yang menguasai berbagai rahasia kedokteran dan ruqyah, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
Ketika cahaya Islam telah menyeruak ke berbagai negeri, Rasulullah membolehkan penggunaan ruqyah untuk menyembuhkan keracunan karena sengatan binatang, sakit mata, dan eksim. Karena Asy-Syifa telah biasa melakukan ruqyah, dia mendatangi Rasulullah untuk meminta izin beliau melanjutkan profesinya demi berkontribusi dalam bidang kesehatan.
Ibnu Qayyim menerangkan bahwa Asy-Syifa binti Abdullah meruqyah sejak zaman Jahiliyah, khususnya untuk mengobati penyakit eksim. Ketika dia berhijrah kepada Rasulullah, lalu berbaiat kepada beliau saat di Makkah, dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku biasa meruqyah sejak zaman Jahiliyah untuk mengobati penyakit eksim, dan kini aku hendak menunjukkannya kepada engkau.”
Asy-Syifa lantas menunjukkan kemampuannya dalam meruqyah kepada Nabi SAW, “Dengan nama Allah, sesat sehingga kembali dari mulutnya dan tidak mengganggu seseorang. Ya Allah, hilangkan kesulitan, wahai Rabb sekalian manusia.”
…Asy-Syifa bukan tipikal egois dan pelit dalam mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada para wanita lainnya…
Asy-Syifa bukan tipikal seseorang yang egois dan pelit dalam mengajarkan ilmu yang dimilikinya. Dengan izin dari Rasulullah, dia melanjutkan profesinya dan mengajarkannya kepada para wanita lainnya.
Asy-Syifa dan Hadits Rasulullah
Tak hanya piawai dalam masalah kesehatan dan kedokteran, Asy-Syifa juga meriwayatkan berbagai peristiwa dari Nabi Muhammad SAW dan Umar bin Al-Khatthab. Sebagian dari riwayat tersebut adalah bahwa Rasulullah ditanya tentang amal-amal yang paling mulia. Beliau bersabda, “Iman kepada Allah, berjihad di jalan-Nya, dan haji yang mabrur.”
…Asy-Syifa mendedikasikan hidupnya untuk ilmu, amal, zuhud, ibadah, dan berkontribusi kepada orang lain. Semua itu dilakukannya sampai dia kembali kepada Allah SWT…
Demikianlah, Asy-Syifa mendedikasikan hidupnya untuk ilmu, amal, zuhud, ibadah, dan berkontribusi kepada orang lain. Semua itu dilakukannya sampai dia kembali kepada Allah SWT. Dia meninggal dunia pada masa Khalifah Umar bin Al-Khatthab, sekitar tahun 20 Hijriyah. Semoga Allah meridhainya. Amin. [ganna pryadha/voa-islam.com]
Posting Komentar