Realita umat
Sesungguhnya ketertinggalan dan kemerosotan umat islam tidak lepas dari faktor internal umat islam sendiri, di samping tidak dapat di pungkiri bahwa konspirasi eksternal telah banyak menenggelmkan umat dalam ketrpurukannya. Realita yang ada sekarang ini adalah bahwa umat betul-betul jauh dari Al-Quran dan Sunnah, bahkan islam betul-betul asing dalam diri umat.
Semua kekuatan dunia ingin menghancurkan umat, umat tidak ada harganya, harga darah seorang muslim tidak beda dengan seekor anjing. Mereka sepakat mengatakan “hancurkan islam dan biarkan hidup umatnya” . Setiap hari kita dengar berita baru tentang pembantaian, penghinaan dan pemojokan terjhadap islam dan simbul-simbul islam. Bahkan dengan isu globalitas, mereka ingin menjajah kembali umat islam dengan produk-produk budayanya dan pemikiran mereka.
Dalam surat al-Bqorah ayat ke-120 Allah menyatakan bahwa “orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”. Berita ini adalah sebuah keniscayaan , bahwa mereka tidak akan mau mengakui atau menerima eksistensi umat islam. Sejaran telah membuktikan bahwa makar-makar yang terjadi di dunia ini tidak lepas dari sekenario dan konspirasi yang mereka lakukan. Mulai dari makar ang dilakukan Abdullah bin saba’ yang berhasil menghancurkan persatuan umat, perang salib penyerahan kota terosalem., sampai pembakaran kamp-kamp kaum muslimin di belahan dunia. Semua kejadian tersebut tidak luput dari makar-makar yang di lakukan oleh musuh-musuh ialam. Berbagai cara dilakukan untuk menjauhkan umat ialam dari ajaranya, mulai dari cara yang paling halus sampai intimidasi dan teror, tujuanya agar mereka tidak tau bahkan mereka merasa asing dengan nilai-nilai agamanya sendiri. Dan ironisnya , tidak sedikit dari kalangan umat islam yang mau bahkan bangga menjadi tangan panjang mereka dangan mengembangkan pemikiran sekuler, yang jelas-jelas bertentangan dengan islam.
Lalu bagaimana caranya agar umat islam mampu kembali memimpin peradaban dunia, sebagaimana tercatat dalam sejarah?
Baeck to Al-Qur’an
Tidak ada jawaban lain bagi kita umat islam, kecuali kembali kepada Al-Qur’an . Al-Quran yang merupakan satu-satunya kitab suci di muka bumi ini yang mendapatkan perhatian dari semua lapisan masyarakat. Sejak diturunkannya al-qura’an kealam semesta ini, ia selalu memberikan cahaya kebenaran bagi yang mencarinya, meredamkan kegelisahan dan memberikan ketenangan bagi pemegangnya.
Al-Qur’an yang kita baca, kita yakini sebagai firman-firman Allah, merupakan petumjuk dan lentera mengenai apa yang di kehendakiNya. Dialah yang menciptakan kita dan dia pula yang menurunkan Al-Qur’an. Maka apabila kita ingin perbuatan dan tingkah laku kita sesuai dengan kehendakNya, maka kita seharusnya memahami apa yang telah difirmankan dalam al-Qur’an.
Menurut imam saayyid Qutb, Al-Qur’an tidak akan mampu bisa memberikan haknya dalam kehidupan, sehingga kita mampu menjadikan al-Qur’an, sumber semua inspirasi kehidupan kita. Dan ini tidak mungkin terjadi kalau hanya al-Qur’an dijadikan sekedar bacaan, sementara hati-hati kita masih tertutup rapat, sehingga al-Qur’an jauh dari realita kehidupan. Watak karakter al-Qur’an adalah selalu dinamis, selalu bertendensi pada realita kehidupan, oleh karena itu seorang tidak akan merasakan karakter ini kecuali orang yang selalu aktif bergerak dalam kehidupan realita. Al-Qur’an tidak hanya sekedar bacaan untuk suatu keberkahan, melainkan harus mengalir hidup dalam derap kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara, tanpa begitu alQur’an tidak akan memberikan buahnya, tidak akn memancarkan cahayanya.
Oleh karena itu kita berkeyakinan, bahwa alQur’an berkarakter realistis dan dinamis, karena kita berpandangan hal tersebut merupakan kunci berinteraksi, memahami, dan cara untuk menentukan petunjuk-petunjuk al-Qur’an.
Unsur-Unsur Kebangkitan Umat Dalam Al-Qur’an
Rasulullah bersabda:” sesungguhnya Allah dengan kitab ini (al-Qur’an) mengangkat danmenghinakan sebuah kaum “(HR. Muslim). Hadits ini memberikan secara gamblang bagaimana suatu umat akn maju atau hancur dengan hubungan mereka kepada alQur’an.
Di bawah ini beberapa unsur-unsur utama bagi kebangkitan umat islam dalam presepsi al-qur’an:
1. Insan Mu’min (SDM)
Yamg kita maksut disini bukan saja sekelompok atau jama’ah mu’minah saja, melainkan juga individu-individu yang mu’min. unsur ini sangat penting sekali dan menentukan dalam mencapai kebangkitan umat. Karena mereka dalam penggerak, pelaku dan penentu dalam suatu kebijakan.
Keimanan yang kita maksut tidaklah cukup dengan simbol-simbol yang sifatnya dhohir saja. Melainkan iman yang melahirkan energi yang mampu untuk bangkit serta mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam kehidupan. Oleh karena itu pengertian iman adlah keyakinan yang tertancap didalam hati, dandibuktikan dengan realita pengamalan terhadap kepercayaan tersebut. Tanpa keimanan yang besar, tentu akan menghilangkan unsur kemanusiaan manusia.
Inilah sebabnya kenapa kata iman dalam al-Qur’an selalu di ikuti sebuah amal. Karena yang di inginkan adalah iman yang produktif sebagaimana imannya para sahabat dan shalafus Sholeh. Janj Allah swt ketika seseorang mau beriman dan berkarya adalah sebagaimana trdapat dalam surat an-Nahl-97:
“ Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Dan dalam surat al-A’raaf-96:
“ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka dari langit dan bumi.
Dari sini perlunya pembentuk individu-individu yang baik secara kepribadian, kebangsaan dan ilmu pengetahuan betul-betul cermin dari ketangguhan keimanan.
2. Hijrah
Yang dimaksutkan dengan hijrahdisini adalah hijrah baik secara hissi secara ma’nawi atau hijrah secara material maupun moral, walaupun pada masa da’wah pertama hijrah baik secara hissi menjadi priritas utama dan penopang hijrah ma’nawi, dalam masa sekarang ini hijrah secara ma’nawi sangatlah dibutuhkan untuk membangun kembali kebangkitan dan kejayaan umat.
Karena kenyataanya banyak diantara umat islam yang masih terjerumus atau jauh dari islam. Mereka inilah harus segera bertaubat dan hijrah kepada ajaran islam secara sempurna. Sebagaimana dalm surah alBaqarah-208:
“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagumu”.
Hijrah sangat penting bagi umat islam karena nilai yang sangat setrategis. Diantaranya adalah:
-Pembebasan umat dari sebuah tekanan dari sebuah ketidaknyamanan, yang mana mempunyai pengaruh negatif bagi keberlangsungan umat baik secara keagamaan maupun kemasyarakatan.
-Memberi keberlangsungan hidup bagi umat untuk selalu bergerak dan berkembang dalam mengemban risalah islam.
3. Jihad dan risalah
Jihad dengan segala arti dan pemahaman yang terkandung didalamnya, merupakan unsur yang sangat menentukan atas keberlangsungan keberadaan umat. Oleh karena itu tidak mungkin di pisahkan antara jihad risalah yang harus di perjuangkan dan dipertahankan.
Dengan pemahaman jihad yang benar para sahabat dan shalafus Sholeh mampu membawa islam kepada kejayaan dan puncak peradaban yang oleh barat tidak mampu memungkitinya.
Jihad yang kita maksudkan adalah jihad dengan penertian yang sangat luas, menyangkut semua sendi kehidupan umat Oleh karena itu jihad merupakan teknologi islam yang akan memberikan hasil produksi dalam kondisi perang. Tetapi jihad ini bukan untuk sekedar mencapai kesejahteraan ekonomi atau kesetabilitasanpolitik sebagaimana di barat melainkan jihad yang mampu mengantarkan risalah islam keseluruh jagat alam.
4. Medan Perjuangan
Untuk mencapai kebangkitan dan kejayaan umat, kita harus mempunyai medan temat untuk berjuang, temat perlindungan, tempat pentarbiyahan. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan kita untuk mengelola sumber alam secara benar dan baik. Pengelolaan terhadap sumber alam yang baik ini harus berlandaskan kepada kemaslahatan, keadilan dan arah syareat, serta menjauhi dari praktek-praktek yang merugikan.
5. Nashrah
Salah satu terpenting kebangkitan umat adalah nashrah atau pertolongan dari Allah.Dan pertolongan dari Allah ini tidak mungkin di dapatkan kecualikita telah menolong Allah (QSMuhammad:7) Kata “Nashrah” dalam al-Qur’an maupun haditsmempunyai pengertian yang banyak, di antaranya adalah menjalaankan agama Allah, bantuan atau pertolongan, penjagaan.
Diantarabentuk nashrah yang harus di lakukan seorang mu’min adalah:
- Nashrah terhadap pemikiran dan risalah islam.
- Nashrah terhadap keadilan dalam melawan kedholiman.
- Nashrah terhadap kebebasan dan kemerdekaan.
- Nashrah terhadap keberadaan umat isalmiyah.
- Nashrah terhadap aset dan simbul-simbul islam.
6. Kekuasaan dan royalitas
Yang terakhir ini merupakan hasil otomstis dari unsur-unsur yang terdahulu. Keberadaan kekuasaan bagi umat menjadi barometer yang menunjukkan keberadaan umat dalam keberadaan hidup atau mati. Dan ketika telah terwujud kekuasaan islam, maka di butuhkannya sebuah royalitas dari setiap individu muslim untuk menegakkan dan membela kekuasaan ini, yang royalitas (kecintaan) ini melebihi terhadap dirinya sendiri.
Kekuasaan ini lebih cenderung kepada perasaan tanggung jawab untuk menegakkan keadilan, menjaga norma dan etika masyarakat dan mengatur semua interaksi antara masyarakat dan instansi dalam segala bidang baik dalam maupun luar negeri. Dengan menejemen yang baik serta bertanggung jawab akan menghasilkan sebuah kesejahteraan dan keadilan yang merata.
Saran Kebangkitan Umat
Ada beberapa hal yang disampekan al-Qur’an sebagai sarana menuju kebangkitan umat, diantaranya adalah;
- Ilmu engetahuan. (QS: alAlaq 1-5)
- Da’wah di jalan Allah. (QS: Fusilat 23)
- Mengakomidirhukum-hukum alam. (QS: Fusilat 53)
- Mengoptimalkan potensi dan kemampuan. (QS:Fusilat 50)
- Pendidikan yang bermutu. (QS:al-Fath 29)
- Berusaha keras dan mematuhi hukum-hukum Allah swt.
(QS:al- Ankabut 29)
- Merenungkan dan mengamalkan kandungan al-Qur’an.
(QS: al-isra’ 9)
- Kemampuan ekonomi.(QS:ASY-Syu’ara” 27)
- Bersyukur. (QS: Ibrahim 7)
Sebab Keterlambatan Pertolongan Allah
1. Kekuatan tanpa landasan pertolongan Allah.
2. Jauhnya interasi dengan Allah
3. Tujuan yang salah.
4. Bercapurnya kebaikan dan kejahatan.
5. Pendukung yang tidak loyal.
6. Tempat kondisi yang kurang pendukung.
Wallahu ‘alam bishowab
Posting Komentar