Sukarno dan Sepak Terjangnya

Oleh: Muhamad Robiaal Mamonto

1. PENDAHULUAN

Sosok yang satu ini memang sangat populer dan sulit dipisahkan dari kronologi kemerdekaan Indonesia. Bapak Proklamator Republik Indonesia, itulah julukan yang diberikan bangsa Indonesia kepada Soekarno. Dia secara tegas pada tanggal 17 agustus 1945 mengumandangkan kemerdekaan Indonesia lewat suatu naskah proklamasi yang singkat.

Soekarno juga merupakan sosok yang banyak menimbulkan kontravensi dalam perhelatan politik mengenai sistem kenegaraan yang diusung Indonesia pada awal-awal kemerdekaan.

Berikut kita akan mengikuti alur perjalanan Soekarno di panggung perpollitikan Indonesia yang dimulai dari perjuangannya menentang kolonialisme Belanda sampai pada gaya kepemimipinannya yang banyak menimbulkan sejumlah polemik di Bumi Pertiwi ini.

2. SEPAK TERJANG SOEKARNO

Dia adalah sosok yang memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme sejati, lebih sederhananya kita mengenal dia sebagai orang yang benar-benar cinta tanah air melebihi apapun. Ini bisa kita lihat dari isi pidatonya yang selalu menenkankan kedua hal tersebut. Salah satu kutipan pidatonya, yakni dia mengatakan bahwa untuk mempertahankan persatuan, maka orang Indonesia sepatutnya tulus membaktikan dirinya kepada tanah air dan mengesampingkan hal- hal yang bersifat kepentingan terhadap partai.[1]

2.1. Perlawanan terhadap Kapitalisme dan Imperialisme Belanda

Kapitalisme dan Imiperialisme, dua hal ini merupakan sistem-sistem yang sangat dibenci oleh Soekarno. Menurut dia, adanya kedua sistem ala barat ini amat menyengsarakan rakyat.

Terbukti dengan keadaan rakyat begitu memprihatinkan pada masa sistem-sistem tersebut diterapkan oleh Belanda di indonesia. Hal ini yang memicu semangatnya untuk melawan Belanda.[2] Perjuangan ini dimulai saat dia mendirikan PNI (Paratai Nasional Indonesia) di Bandung pada tahun 1927. Adapun tujuannya untuk menghimpun kekuatan massa rakyat menuntut Indonesia merdeka.[3]

Soekarno terus melakukan perjuangan politik ini, walaupun kerap kali dia ditangkap dan diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda.[4] Tercatat pada tahun 1929 dia dan para tokoh pemimpin pergerakan lainnya, seperti Maskun (Pemimpin PSII), Gatot Mangkupraja (Pemimpin PERMI) dan Supriadinata (Pemimpin PARTINDO) ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Kemudian pada tahun 1933 dia ditangkap lagi bersama dua kawannya, yakni Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Masing-masing lalu diasingkan, Soekarno diasingkan ke Endeh, Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir diasingkan ke Digul.[5]

2.2. Perjuangan Menyusun Kemerdekaan Indonesia dan Proklamasi

Masa pendudukan Jepang di Indonesia diawali dengan menyerahnya pemerintah kolonial Belanda tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 maret 1942.[6]

Jepang dengan gerakan 3Anya yang pada awal pendudukan mereka menawarkan kemerdekaan untuk Indonesia dari penjajahan Negara-negara barat begitu disambut baik oleh rakyat. Namun ternyata janji ini tidak direalisasikan, malah dalam masa pendudukan ini Jepang balik menindas rakyat. Rakyat yang awalnya bersimpati terhadap Jepang akhirnya berbalik menentang tirani yang dilakukan Jepang.[7]

Untuk meredam perlawanan rakyat ini, Jepang mencoba mengakalinya dengan mendirikan suatu badan yang bernama PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat). Dari sinilah kiprah Soekarno untuk bertindak terhadap pendudukan Jepang diawali. Bersama tiga orang terkemuka lainnya, yakni Mohammad Hatta, K.H. Mas Manysur dan Ki Hajar Dewantara diangakat Jepang untuk menjadi pemimpin-pemimpin badan tersebut dengan tujuan untuk membujuk rakyat agar dapat membantu Jepang dalam perang dengan Negara-negara barat. Namun ironisnya badan ini malah dijadikan Soekarno sebagai wadah untuk menggalang kekuatan rakyat dalam pencapaian Indonesia merdeka. Melihat hal ini, Jepang akhirnya membubarkan PETA.[8]

Setelah gerakan ini dibubarkan, rakyat yang sudah termotivasi oleh pidato-pidato Soekarno tetap menuntut janji kemierdekaan dari Jepang. Rakyat terus mendesak Jepang, hingga akhirnya pihak Jepang merealisasikan janjinya dengan mendirikan BPUPKI (Badan Penyelidik Usah-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggyal 1 maret 1945. Dalam badan ini Soekarno ikut juga berpartisipasi sebagai anggota. Badan ini berhasil merumuskan dasar Negara Inidonesia Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.[9]

Setelah hal-hal tersebut dirumuskan, pada tanggal 7 agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Kemudian pada tanggal yang sama juga segera dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Disini peran Soekarno menjadi lebih penting, dia diangkat sebagai ketuanya dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya.[10]

Setelah panitia ini dibentuk, usaha Soekarno untuk pencapaian Indondesia merdeka semakin mendekati hasilnya. Ada serangkaian peristiwa menarik dan sangat penting pada saat menjelang hari proklamasi kemierdekaan Republik Indonesia, yakni dibomnya Hirosima pada tanggal 7 agustus 1945 oleh Amerika Serikat yang kemudian diikuti oleh Nagasaki pada tanggal 9 agustus, menyerahnya Jepang pada Amerika Serikat tanpa syarat pada tanggal 14 agustus, diculik dan ditawannya Soekarno dan Mohammad Hatta oleh para pemuda yang dipimpin oleh Sukarni sehari sebelum proklamasi kemerdekaan.[11] Adapun tujuan penculikan dan penawanan tersebut adalah untuk menghindarkan kedua tokoh ini dari pengaruh dan tekanan pihak Jepang, serta para pemuda tidak ingin bahwasanya kemerdekaan yang sudah susah payah diraih ini hanya merupakan hadiah dari Jepang yang notabene telah kalah dalam perang dan telah meyerah tanpa syarat kepada Amerika Serikat.[12]

Penawanan yang dilakukan oleh para pemuda tersebut hanya berlangsung dari pagi hingga menjelang petang. Pada jam 6 petang datanglah Ahmad Subardjo untuk menjemput kedua tokoh proklamator tersebut. Kemudian mereka dibawah kembali ke Jakarta untuk bersama dengan 50 anggota PPKI lainnya merumuskan naskah proklamasi. Tempat berlangsungnya sidang ini adalah dirumah Laksamana Maeda, seorang Jepang yang ikut membantu perjuangan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.[13]

Setelah naskah proklamasi berhasil disusun, disetujui dan ditandangani oleh seluruh peserta sidang, akhirnya pada pagi hari tanggal 17 agustus 1945 bertempat di lapangan Ikada, Soekarno membacakan naskah ini kepada seluruh warga Negara Indonesia baik hadir langsung maupun yang hanya bisa mendengarkan lewat pesawat radio dan kepada seluruh bangsa-bangsa yang ada di dunia, bahwa dengan naskah tersebut Indonesia telah merdeka dan telah memperoleh kedaulatan seutuhnya.[14]

3. KRITIKAN TERHADAP KEPEMIMPINAN SOEKARNO

3.1. Faham yang Dianut Soekarno

Soekarno merupakan orang yang paling banyak menghadirkan intrik dalam kehidupan politik di Indonesia. Pola pikir mantan orang nomor wahid di Indonesia ini sangat sulit dibaca. Kita tidak akan bisa menerka apa sebenarnya faham yang dianutnya, apakah dia berfaham Nasionalis, Islam atau Marxis (Komunis). Namun yang bisa kita ketahui, dia adalah orang yang kurang mengerti dengan ketiga faham tersebut. Terbukti bahwa dialah orang pertama yang ingin mencoba menggabungkan ketiga faham tersebut kedalam sistem kenegaraan Indonesia.[15] Padahal kita tahu bahwa dari ketiga faham tersebut ada dua faham yang saling bertentangan, yaitu faham Islam dan faham Marxis.

3.2. Rumusan terhadap Pancasila

Dia adalah penggali Pancasila, hal itu bisa dibenarkan tetapi Pancasila yang dia kemukakan dalam sidang BPUPKI amat berbeda rumusannya dengan Pancasila yang kita kenal saat ini. Pancasila (lima landasan) yang dia rumuskan dan dia kemukakan adalah Kebangsaan Indonesia, Internasional dan Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Proklamasi, Kesejahteraan Sosial dan Ketuhanan. Lalu dia mengatakan bahwa kelima sila tersebut bisa disederhanakan menjadi Trisila (tiga landasan), yakni Socio-Nationalism, Socio-Demokratie dan Ketuhanan. Malah katanya dari ketiga sila tersebut masih bisa disederhanakan lagi menjadi Ekasila (satu landasan), yaitu Gotong Royong. Pemikiran ini yang menjadikanya banyak mendapatkan kritikan, terutama dari tokoh-tokoh Islam yang menginginkan pemberlakuan aturan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya didalam urutan Pancasila.[16]

Didalam sidang tersebut Soekarno terus mendesak agar versinya tersebut disetujui. Karena katanya konsep tersebutlah yang paling bisa disepakati oleh semua pihak. Namun tidak untuk para tokoh Islam, mereka tetap bersikeras untuk memberlakukan syariat Islam. Akhirnya dibuatlah suatu kompromi untuk menerapkan system yang diinginkan oleh seluruh

tokoh Islam yang disebut Piagam Jakarta, hal ini disetujui oleh seluruh peserta sidang termasuk Soekarno juga yang merupakan anggota.[17] Namun setelah Soekarno menjabat sebagai Presiden Indonesia, dia tidak merealisasikan pemberlakuan Piagam Jakarta. Hal ini mengakibatkan pemerintahan dimasa Soekarno banyak mendapat tekanan dari pergerakan makar DI / TII (Da’arul Islam / Tentara Islam Indonesia), mereka menganggap pemerintahan pada masa itu terlalu menyepelekan agama dan Soekarno sebagai seorang yang presiden yang telah menyetujui Piagam Jakarta telah menghianati kepercayaan umat Islam.[18]

3.3. Penyimpangan-penyimpangan terhadap Pancasila

Sebagai salah satu orang yang ikut merumuskan Pancasila dia adalah termasuk orang yang tidak konsisten terhadap Pancasila. Ini terbukti dari beberapa hal berikut: Dengan sila pertama, hal menyimpang yang dia lakukan adalah membiarkan faham komunis berkembang pada saat dia memimpin, bahkan dia menjadikan partai yang menganut faham ini sebagai partai yang mendukungnya untuk mempertahankan posisi kepresidenannya, padahal kita ketahui bahwa faham komunis adalah faham yang tidak mengenal Tuhan[19]. Hal ini terbukti, pada tanggal 31 juli 1965 dia memanggil dua pemimpi besar PKI yaitu D.N. Aidit yang tengah berada di Beijing dan Nyoto yang tengah berada di Moskow. Adapun tujuannya adalah untuk menandingi para perwira tinggi angkatan darat Ahmad Yani dan Nasution, yang dituduh tidak loyal karena mereka tidak menyutujui kebijakan politiknya mengenai NASAKOM dan masalah mempersenjatai para petani dan buruh.[20]

Sila kedua, penyimpangan terhadap sila yang berhubungan dengan peri kemanusiaan ini adalah penahanan terhadap beberapa tokoh, antara lain tokoh-tokoh yang terlibat dalam PRRI Permesta (Mohammad Natsir, Syarifudin Prawiranegara dan Boerhanudin Harahap). Meski sudah diberikan amnesti, mereka tetap ditahan sebagai tahanan politik Negara. Adapun tokoh-tokoh yang tidak terlibat sama sekali, seperti Mohammad Roem, Z. Muttaqin, Buya Hamka, Ghazzali Sjahlan dan Kasman Singodimejo, mereka ditahan bahkan ada yang disiksa didalam penjara.[21] Hal lain yang terkait dengan sila ini adalah penghilangan nyawa enam perwira tinggi angkatan darat plus satu letnan muda pada tanggal 1 oktober 1965 dinihari, mereka adalah Letnan Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral Suprapto, Mayor Jendral Haryono, Mayor Jendral Parman, Mayor Jendral Sutoyo, Brigader Jendral Pandjaitan beserta

Letnan muda Piere Tendean. Hal ini terkait dengan adanya isu kudeta “Dewan Jendral” terhadap posisi kepresidenannya, yang ternyata hal itu hanyalah skenarionya dengan PKI.[22]

Dengan sila keempat, penyimpangan yang dia lakukan adalah membubarkan DPR dan MPR pada tahun 1960 yang merupakan hasil pemilihan umum tahun 1955.[23] Kemudian dia mengantinya dengan DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) dan juga MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara), serta memasukan faham NASAKOM kedalam kedua lembaga tersebut. Dia juga menolak Trias Politica dengan mengangkat MA (Mahkamah Agung) serta para ketua DPR-GR dan MPRS sebagai menteri-menteri kemudian membiarkan dirinya diangkat menjadi presiden seumur hidup oleh MPRS, dia juga melarang MPRS menyusun sendiri GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara), tapi hanya mengukuhkan pidatonya tetang Manifesto Politik (Manipol) pada tanggal 17 agustus 1960, malah sebelum diangkat para anggota MPRS harus lebih dahulu menyatakan persetujuannya dengan Manipol.[24]

Pada masa rezim Soekarno, pemerintahannya mengawasi ketat pers, radio dan pendidikan sehingga indoktrinisasi praktis berjalan. Pemerintahannya juga membakar buku Mohammad Hatta yang menganjurkan kembali pada demokrasi yang dicita-citakan dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 di masa pergerakan nasional, serta menghambat langkah-langkah politik Mohammad Hatta.[25]

3.4. Hubungan Luar Negeri dan Keadaan Ekonomi dalam Negeri

Soekarno pernah melancarkan penolakan terhadap terbentuknya Negara Malaysia pada tahun 1963, hal ini akhirnya menyulut hubungan yang tidak baik antara Indonesia dan Malaysia yang kemudian berkembang menjadi permusuhan yang bersifat pribadi antara Soekarno dan perdana menteri Tunku Abdul Rahman, seperti yang tercermin pada pidato-pidato, penginjakan kedua bendera Negara lawan oleh masing-masing, dan pelecehan lagu kebangsaan Malaysia oleh Soekarno. Dalam bentuk fisik,permusuhan itu dilancarkan Soekarno dengan mengirimkan pasukan tentara ke Semenanjung dan ke Singapura (ketika itu masih merupakan bagian dari Malaysia), serta ke Kalimantan Utara yang kemudian bernama Sabah. Dia tidak mengakui Malaysia karena dianggap merupakan rekayasa Inggris untuk membatasi langkah Indonesia, memang dalam mendirikan Negara Persemakmuran Malaysia ini pihak Inggris tidak melakukan pendekatan dengan pihak Indonesia.[26]

Pada masa Soekarno, Negara menghadapi keadaan ekonomi sangat memprihatinkankan.

Hal ini terlihat dari penagihan pajak yang amburadul, kinerja jaringan telepon sangat buruk, jaringan jalan terabaikan dan pembangunan terhenti akibat ketiadaan modal. Nilai tukar resmi 1 dolar Amerika dihargai 45 rupiah, tapi kenyataannya untuk 1 dolar orang harus mengeluarkan 8.500 rupiah. Inflasi yang sangat besar terjadi selama tahun 1965 melonjak hingga 500 persen dan harga beras melonjak tinggi. Sulit untuk menyusun rancangan pendapatan dan pengeluaran Negara untuk tahun anggaran pada masa itu, sehingga banyak pengamat yang menyimpulkan bahwa rezim Soekarno pada tahun 1965 “menuju kearah kehancuran total”.[27]

Hal inilah yang menjadikan pemerintahan dimasa kepemimpinannya banyak terjadi pergolakan dan pemberontakan dari golongan-golongan yang kontra dengan pemberlakuan sistem kenegaraan yang berfaham NASAKOM, sikap otoriter dari sang presiden, serta golongan-golongan yang mengutuk faham komunis berkembang di Negara yang menganut sistem Ketuhanan yang Maha Esa ini.

4. PENUTUP

Begitu banyak hal-hal yang telah dilakukan oleh tokoh yang satu ini terhadap Bumi Pertiwi. Ada hal yang menjadikan Bumi Pertiwi ini bebas, aman dan damai, tapi ada juga hal-hal yang telah menimbulkan gejolak dan pertikaian hingga akhirnya menumpahkan darah rakyat Indonesia diatas Bumi Pertiwi Ini. Walaupun demikian kita juga patut memberikan salut kepadanya, karena dia telah berhasil memproklamirkan kemerdekaan Bumi Pertiwi ini. Biarlah Allah SWT yang menentukan tempat yang layak untuk dia.

DAFTAR PUSTAKA

Dake Antonie C.A, Soekarno File (Berkas-berkas Soekarno 1965-1967) Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta; Aksara Karunia, 2005
Djaja Tamar, Soekarno-Hatta; Persamaan dan Perbedaannya, Jakarta; Sastra Hudaya, 1981
Noer Deliar, * Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1940, Jakarta; LP3ES Indonesia, 1996
* Membincangkan Tokoh-tokoh Bangsa, Bandung; Mizan Pustaka, 2001
Reid Anthony J.S, Indonesia National Revolution 1945-1950, Australia; Longman, 1974
Ricklefs M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta; Serambi Ilmu Semesta, 2005
Soeroto, Sejarah Proklamasi, Bandung; Sanggabuwana, 1974
=========================================================================

[1]. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta; LP3ES Indonesia, 1996, cet. VIII, hal. 27

[2]. Tamar Djaja, Soekarno-Hatta; Persamaan dan Perbedaannya, Jakarta; Sastra Hudaya, 1981, cet. I, hal. 16-17

[3]. Ibid, .

[4]. Ibid, hal. 20

[5]. Ibid, .

[6]. Soeroto, Sejarah Proklamasi, Bandung; Sanggabuwana, 1976, hal. 15

[7]. Ibid, hal. 16

[8]. Ibid, hal. 17-18

[9]. Ibid, hal. 27-28

[10]. Ibid, hal. 29

[11]. Ibid, hal. 31-36

[12]. Anthony J.S. Reid, Indonesia National Revolution 1945-1950, Australia; Longman, 1974, cet. I, hal. 27

[13]. Soeroto, Op Cit, hal. 36-37

[14]. Ibid, hal. 39- 41

[15]. Tamar Djaja, Op Cit, hal. 178

[16]. Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-tokoh Bangsa, Bandung; Mizan Pustaka, 2001, cet. I, hal. 244

[17]. M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta; Serambi Ilmu Semesta, 2005, cet. II, hal. 424

[18]. Ibid, hal. 490

[19]. Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-tokoh Bangsa, Op Cit, hal. 249

[20]. Antonie C.A. Dake, Soekarno File (Berkas-berkas Soekarno 1965-1967); Kronologi Suatu Keruntuhan, Jakarta; Aksara Karunia, 2005, cet. II, hal. 23-30

[21]. Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-tokoh Bangsa, Op Cit, hal. 250

[22]. Antonie C.A. Dake, Op Cit, hal. 92-100

[23]. Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-tokoh Bangsa, Op Cit, hal. 251

[24]. Ibid, .

[25]. Ibid, .

[26]. Ibid, hal. 179

[27]. Antonie C.A Dake, Op Cit, hal. 9

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama