TAJDID

key word: tajdid, arti tajdid, defenisi tajdid


Secara bahasa, kata tajdid  berarti pembaruan. Ia merupakan proses menjadikan sesuatu yang terlihat usang untuk dijadikan baru kembali. Ia merupakan upaya untuk menghadirkan kembali sesuatu yang sebelumnya telah ada untuk diperbaiki dan disempurnakan.

Pada konteks ini, sejarah telah mencatat bahwa pembaruan telah terjadi di dunia Kristen dengan adanya Reformasi Gereja yang terjadi pada abad pertengahan. Sebagian tokoh Kristen menganggap agama Kristen harus direformasi tatanannya karena telah dianggap telah terjadi penyelewengan yang dilakukan oleh para petinggi-petinggi Gereja. Pembaruan juga terjadi di Barat dengan adanya revolusi Perancis yang diikuti dengan revolusi Industri yang diawali dengan bangkitnya Bangsa Eropa dari masa kegelapan.

Pertnyaannya adalah, apakah dalam Islam juga terdapat pembaruan atau tajdid? Apakah tajdid dalam Islam?

Sepintas pertanyaan tersebut akan mudah terjawab. Dalam benak kita pun akan terbayang sejumlah tokoh yang dikenal sebagai tokoh pembaharu dalam pemikiran keislaman. Namun alangkah baiknya bila kita definisikan dahulu apa yang dimaksud tajdid dalam Islam, untuk kemudian dengan mudah kita akan mengetahui mana gerakan yang layak disebut sebagai pembaharuan.

Syed Naquib menjelaskan bahwa dalam persepektif Islam, makna kemajuan masyarakat dan perkembangannya bukanlah perubahan yang terus menerus menuju masa depan yang tidak pasti. Namun lebih merupakan sebuah proses pergerakan Muslim yang telah menyimpang menuju keaslian Islam, perkembangan inilah satu-satunya yang dapat disebut dengan kemajuan yang sebenarnya. Dalam hal ini, tajdid –aktivitas koreksi ulang atau konseptualisasi ulang- pada hakekatnya selalu berorientasi pada pemurnian yang sifatnya kembali kepada ajaran asal dan bukan adopsi pemikiran asing. Kembali pada pemikiran asal bukan berarti kembali pada corak kehidupan Nabi, tapi harus dimaknai secara konseptual dan kreatif. Dalam pengertian ini, Syed Naquib mengenalkan istilah islamisasi sebagai kerangka konseptualnya, yaitu: pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belenggu sekuler terhadap pemikiran dan bahasa…juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakekat diri atau jiwanya. Dalam pelaksanaannya, diperlukan pemahaman yang dalam akan paradigma dan pandangan hidup Islam yang besumber dari al Quran dan sunnah serta pendapat para ulama yang terdahulu yang secara ijma dianggap shahih. Selain itu diperlukan juga pemahaman terhadap kebudayaan asing dan pemikiran yang menjadi asasnya, namun pemahaman yang dimaksud bukanlah mengambil konsep asing tersebut.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembarun Islam bukanlah sesuatu yang evolusioner, melainkan lebih cenderung devolusioner, dengan artian bahwa pembaruan bukan merupakan proses perkembangan bertahap dimana yang datang kemudian lebih baik dari sebelumnya. Pembaruan Islam adalah proses pemurnian dimana konsep pertama atau konsep asalnya difahami dan ditafsirkan sehingga menjadi lebih jelas bagi masyarakat pada masanya dan lebih penting lagi penjelasan itu tidak bertentangan dengan aslinya. Di sini bukan perubahan yang terjadi, tetapi peragaman makna dan penafsiran. Di samping itu, tajdid ini bisa berarti memperbaharui ingatan orang yang telah melupakan ajaran agama Islam yang benar, dengan memberi penjelasan dan argumentasi-argumentasi baru sehingga meyakinkan orang yang tadinya ragu, dan meluruskan kekeliruan atau kesalahpahaman mereka yang keliru dan salah paham.

Sebenarnya proses ini telah diramalkan sendiri oleh Nabi saw. dalam haditsnya. Hal ini mengandung peringatan bagi kaum Muslim untuk selalu bersikap optimis dalam menghadapi hidup, karena Allah tidak akan membiarkan kerusakan terjadi pada hamba-hambaNya. Sebaliknya Allah akan menyelamatkan hamba-hambaNya dari kesesatan dan kebingungna dengan mengirim seorang mujaddid yang akan menghidupkan kembali ajaran-ajaranNya.

Proses tajdid ini juga diperlukan karena pemahaman umat Islam terhadap ajaran Islam –bukan ajaran Islam- telah semakin jauh dari bentuk dan sifat aslinya. Namun sang mujaddid akan tetap berpegang teguh pada kebenaran mutlak yang terdapat dalam al Quran.

Pada pengertian ini, pembaruan Islam berbeda dengan pembaruan yang terjadi di dunia lain yang bersifat reformasi dan revolusi. Dimana yang datang kemudian akan menjadi evaluasi dan menghapuskan pendapat yang lama. Begitu juga pembaruan Islam mempunyai rujukan yang jelas, yaitu al Quran. Sementara pembaruan lain akan terus berproses mencari dan tidak memiliki rujukan yang mutlak dan pasti.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama